Sabtu, 11 Maret 2017

makalah kuda gayo

KUDA GAYO SEBAGAI PLASMA NUTFAH ACEH
Kuda gayo merupakan salah satu plasma nutfah aceh yang telah memiliki SK mentri pertanian.
(mentan) Nomor: 1054/Kpts/SR.120/10/2014 Kuda gayo tersebar di daerah kabupaten aceh tengah, bener meriah, dan belang kejeren. 
di ketiga kabupaten tersebut jumlah kuda terbesar ada di daerah aceh tengah, dan mengapa para masyrakat mau memeilihara kuda di karenakan mereka memiliki tradisi yang unik untuk memperingati hari hari besar. seperti memperingati hari ulang tahun kemerdekaan negara republik indonesia dan memperingati hari jadi kota itu sendiri, biasa nya pacuan kuda di selenggarakan lima (5) kali dalam satu tahun. 


BAB I. PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Populasi ternak di Indonesia mengalami kenaikan, tetapi ada beberapa jenis ternak yang mengalami penurunan. Kuda merupakan salah satu ternak yang mengalami penurunan populasi. Penurunan populasi ini terjadi karena fungsi kuda sebagai alat transportasi telah banyak digantikan oleh kendaraan bermotor, selain tingginya angka pemotongan kuda sebagai sumber pangan (Mansyur et al., 2006).   
Beberapa jenis kuda yang dikenal di Indonesia pada umumnya diberi nama sesuai asal-usulnya tempat tersebarnya diantaranya kuda Gayo, kuda Batak, kuda Jawa, kuda Priangan, kuda Sulawesi, kuda Lombok, kuda Bali, kuda Sumbawa, kuda Timor dan kuda Flores. Kuda Gayo merupakan salah satu ternak yang bertipe fancy (kesenangan/hiasan) yang sudah lama dikenal dan digemari masyaraka Gayo. Sejak dahulu kala peranan kuda di Gayo selain untuk dipacu juga digunakan sebagai pekerja dan sarana transportasi sehingga masyarakat gayo dapat berkomunikasi dengan masyarakat luar.
            Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih, maka kuda tidak lagi digunakan sebagai pekerja maupun sebagai sarana transportasi. Namun, kuda telah menjadi ternak kesayangan yang sangat bernilai dan dimiliki oleh komunitas tertentu pecinta ternak kuda.


1.2.  TUJUAN

Tujuan dari praktik lapang ini adalah untuk mengetahui sistem pemeliharaan (manajemen) kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.

 

1.3.  MANFAAT

            Manfaat ini yaitu sebagai informasi  tentang sumber daya genetika ternak local yang menjadi plasma nutfah nasional di Indonesia salah satunya yaitu kuda gayo yang berada di Kabupaten Gayo Lues. Serta menambah wawasan .





BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Kuda merupakan ternak nonruminansia grup colon fermentor yang mempunyai semangat tinggi (Cheeke, 1999). Kuda tergolong dalam ternak herbivora atau ternak yang mengkonsumsi hijauan (Gibbs dan Davidson, 1992). Kuda memiliki klasifikasikan sebagai berikut (Blakely dan Bade, 1995) :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Class               : Mamalia
Ordo                : Perissodactyla
Famili              : Equidae
Genus              : Equus                       
Spesies             : Equus Caballus        

Kuda merupakan salah satu hewan peliharaan yang penting secara ekonomis dan historis dan memegang peranan penting sebagai alat transfortasi selama ribuan tahun, kuda dapat ditunggangi oleh manusia dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan di beberapa daerah tertentu (Anonim, 2015).

Bangsa kuda seringkali ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi berdasarkan pada daerah asal, fungsi, dan ciri fenotifik (Bowling dan Ruvinsky, 2000).






 

BAB III. PEMBAHASAN


3.1 Deskripsi Kuda Gayo


Kuda (kude) Gayo berpostur tubuh kecil yang hidup di Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah yang merupakan salah satu rumpun kuda nasional yaitu Rumpun Kuda Gayo yang telah ditetapkan oleh pemerintan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian (Mentan)  Nomor: 1054/ Kptes/SR.120/10/2014 tanggal 13 Oktober 2014. Kuda Gayo adalah sebagai salah satu kekayaan sumber daya genetik hewan lokal di Indonesia. Hewan ini harus dilindungi dan dilestarikan karena kuda asli dari Gayo mempunyai bentuk fisik yang khas jika dibandingkan dengan kuda lain. Keberadaan kuda di daerah Gayo itu diketahui dulunya sebelum ada kendaraan sangat membantu masyarakat petani membawa hasil panen sebagai sarana transportasi.
Kuda Gayo mempunyai nilai strategis yang dipelihara secara turun- temurun sebagai kuda pacu, dan mempunyai nilai ekonomi dan budaya serta telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Gayo. Disebutkan, kuda Gayo sudah ada sejak abad ke-18 yang beradaptasi di Gayo, kemudian diperbaiki dengan kuda Thoroughbred dengan sebaran asli geografis meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah.
Kuda Gayo (kuda lokal Gayo) memiliki tinggi badan 118-125 cm dan beberapa keunggulan diantaranya yaitu: daya adaptasi terhadap lingkungan sangat baik, tahan terhadap penyakit lokal, perawatannya lebih efisien dan ekonomis.
Kuda pacuan di Gayo yang digunakan sekarang tidak hanya kuda asli Gayo tetapi juga kuda persilangan antara kuda Gayo dan kuda Australia yang diberi nama kuda Astaga (Australi Gayo).

3.2. Jenis Kuda Gayo

·         Kuda Asli Lokal Gayo
·         Kuda Astaga (Australia Gayo)
·         Kuda Thoroughbred (Kuda asli dari Luar Negeri)

3.3.  Keistimewaan Kuda Gayo

·         Memiliki naluri kesetiaan terhadap pemiliknya.
·         Merupakan tipe ternak pekerja yang kuat.
·         Jenis kuda pacu yang tangguh di kelas kuda local.
·         Relative memiliki daya tahan terhadap serangan penyakit.
·         Memiliki variasi warna bulu mulai dari hitam,merah,abu abu,putih,belang,kuning langsat,dan campuran.
·         Memiliki tekstur daging yang rapuh dan empuk dan memiliki cita rasa yang lezat (bagi pengkonsumsi).

3.4 Ciri-ciri Kuda Gayo

·         Memiliki ukuran yang lebih kecil daripada kuda yang lain.
·         Memiliki bulu yang lebat dan panjang
·         Memiliki tapak (kuku) yang keras.
·         Memiliki sawit(taring)  untuk kuda jantan yang berumur 4 tahun.
·         Memiliki kuping yang pendek.
·         Memiliki perut seperti setengah lingkaran.
·         Memiliki bulu seperti domba pada umur 1-6 bulan, dan dari umur 6-9 bulan proses rontoknya bulu (jangut bangke).

3.5.  Pemeliharaan Kuda Gayo


Pemeliharaan kuda pacu di Kabupaten Gayo Lues dilakukan oleh peternak kuda yang umumnya menggunakan sistem semi intensif yaitu malam hari dikandangkan dan pada siang hari diikat di sekitar kandang, ada juga yang memelihara secara intensif yaitu kuda terus-menerus berada di dalam kandang yang dipagari. Kandang kuda dilengkapi dengan halaman yang dibatasi oleh pagar yang kokoh. Kuda tersebut akan ke halaman kandang biasanya untuk berjamur.
Anak kuda yang berumur di bawah 1-1,5 tahun pemeliharaanya dibiarkan terus-menerus bersama induknya.  Selanjutnya setelah anak kuda tersebut berumur 1 sampai dengan 1,5 tahun, anak kuda ditangkap dan dipisahkan dari induknya  untuk dipelihara secara terpisah sebagai calon kuda pacu. Kuda yang dimanfaatkan sebagai kuda pacu umumnya adalah kuda yang berumur mulai 2 tahun ke atas.

3.6.  Pakan dan Air Minum yang Diberikan

 

3.6.1.  Hijauan


            Pakan yang diberikan kepada kuda pacu umumnya adalah hijauan yaitu rumput alam yang dipotong. Pemotongan rumput dilakukan oleh anak kandang yang dilakukan pada siang hari. Rumput ini akan diberikan pada kuda pada sore hari yaitu pada pukul 17.00 WIB dan pada pagi hari yaitu pada pukul 09.00 WIB.

3.6.2.  Air Minum


Air minum yang diberikan kepada kuda pacu adalah air bersih yang bersumber dari air sumur atau air sungai. Air minum diberikan kepada kuda bersamaan dengan pemberian hijauan yaitu pada pagi hari pukul 09.00 WIB dan pada sore hari pukul 17.00 WIB.

 

3.6.3.  Konsentrat


Konsentrat yang diberikan kepada kuda pacu yaitu dilakukan pada sore hari sebelum pemberian hijauan yaitu pada pukul 16.00 WIB. Umumnya bahan-bahan untuk pembuatan konsentrat yaitu dedak padi, jagung, tepung kacang hijau, tepung kedele dan kadang-kadang ditambah dengan ampas tahu dan padi. Campuran bahan pakan konsentrat ini diberikan pada hari-hari biasanya. Di samping pemberian pakan konsentrat, juga biasanya diberikan batang pohon aren dicincang halus kemudian dikeringkan atau bisa juga diberikan langsung setelah dicincang.
Beda halnya apabila kuda pacu akan diperlombakan dalam kegiatan pacuan kuda. Pakan konsentrat yang diberikan untuk persiapan pacuan biasanya adalah pakan konsentrat komersil Vital Horse. Pemberian pakan konsentrat ini dilakukan pada 1 atau 2 bulan sebelum pacuan dilaksanakan. Menjelang pada saat pacuan kuda, biasa kepada kuda pacu diberikan konsentran yang ditambahkan gula aren sebagai energi tinggi bagi kuda.



3.7.  Kandang


Kontruksi kandang kuda pacu harus dibangun dengan kokoh. Bahan untuk kandang kuda pacu Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues biasanya terdiri atas kayu atau papan, atapnya dari seng dan ada juga yang menggunakan atap rumbia. Kelebihan atap rumbia memberikan suasana yang dingin bagi ternak kuda. Lantai kandang biasanya ada yang langsung beralaskan tanah yang diberikan liter (serbuk gergaji) dan ada juga yang dibuat permanen dengan cara disemen. Lantai kandang kuda yang disemen juga ada yang digunakan liter sebagai alas kandang.
Umumnya, tipe kandang kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues adalah kandang individual yang  di bagian depan kandang dipagari untuk tempat kuda berjemur pada siang hari. Sedangkan untuk kuda betina yang beranak, umumnya kandangnya lebih luas dibandingkan dengan kandang kuda jantan.

3.8.  Perkawinan


Tatalaksana perkawinan kuda pacu di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten  Gayo Lues masih menggunakan cara sederhana yaitu dengan cara perkawinan alami. Perkawinan alami ini ada yang menggunakan pejantan unggul kuda Australia milik pemerintah setempat yang didatangkan dari Australia yang pejantan ini telah memiliki sertifikat. Di samping itu, ada juga yang menggunakan pejantan kuda Gayo maupun peranakan antara kuda Gayo dengan kuda Autralia (disebut kuda astaga). Pemilihan pejantan bergantung pada pemilik ternak kuda.
Kuda Gayo betina pertama kali akan dikawinkan pada umur 2 sampai dengan 2,5 tahun. Jarak beranak kuda Gayo yaitu 1 tahun sekali melahirkan anak.  Sedangkan kuda betina yang digunakan untuk pacuan biasanya dikawinkan pada saat berumur 4 tahun (2-2,5 tahun khusus untuk dipacu). Rata-rata masa kebuntingan seekor kuda Gayo betina adalah 335 hari dengan kisaran umur antara 315 sampai 350 hari.








3.9.  Pemasaran


Kuda yang sudah tua biasanya akan dijual ke Sumatera Utara.  Kuda yang dijual biasanya kuda betina yang sudah tidak berproduksi atau kuda jantan yang tidak mampu lagi bersaing di arena pacuan. Kuda jantan yang tidak digunakan lagi sebagai kuda pacuan ini biasanya juga digunakan sebagai pejantan untuk dikawini dengan kuda-kuda betina produktif  dan nantinya akan diambil keturunannya untuk kemudian dijual. Umumnya, kuda yang masih digunakan sebagai kuda pacu akan dijual hanya di daerah Gayo saja dan pembelinya adalah masyarakat biasa maupun pejabat. Harga pasaran kuda ini adalah untuk kuda Gayo (lokal) rata-rata adalah Rp 11.000.000,-, dan kuda Peranakan Gayo rata-rata harganya adalah ≥ Rp 20 juta.

 

4.0. Penyakit pada Kuda Gayo


4.0.1. Penyakit Kolik


Kolik adalah rasa sakit di daerah perut, baik yang berasal dari alat pencernaan maupun bukan, yang di tandai kegelisahan, kesakitan, dan secara langsung dengan gangguan peredaran darah dan segala manifestasinya (Subronto., 2003).
Kuda mudah menderita kolik karena kekhususan alat pencernaan kuda, seperti:
  1. Lambung kuda relative kecil
  2. Pylorus kuda letaknya “terjepit” di antara kolon dorsal dan ventral
  3. Kolon dorsal dan ventral tergantung longgar pada mesenterium yang panjang hingga mudah mengalami pemutaran atau perubahan letak anatomis
  4. Kuda memiliki saluran pencernaan yang panjang, sedang ukuran rongga perut relative sempit
  5. Kerongkongan yang panjang terletak miring dan “terjepit”, tidak memudahkan proses muntah
  6. Kuda termasuk spesies mamalia yang tidak tahan terhadap sensasi sakit, hingga memudahkan terjadinya kolik (Subronto., 2003).


 

4.0.2. Perut kembung.

Gejalanya, jika kuda mengalami perut kembung, maka ia suka berguling-guling di tanah seperti perut melilit. Hal ini disebabkan oleh pemberian pakan berupa hijauan yang masih segar, karena hijauan segar masih banyak kandungan gas sebagai pemicu perut kembung. Atau bisa juga disebabkan oleh penyebab lain, seperti memandikan ternak sehabis pulang kerja. Hal ini akan mengakibatkan kuda mengalami masuk angin.
Penanganan, Di antaranya mengajak kuda jalan- jalan, kemudian lama kelamaan diajak lari lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan kotoran. Minumannya berupa parutan buah papaya yang dicampur garam dan minyak goreng secukupnya. Cara lain bisa juga memberikan soda yang ditambah dengan garam.

 

4.0.3.Flu atau pilek.

Gejala yang timbul akibat penyakit ini adalah hidung berlendir, sehingga nafas tidak teratur. Penanganan, ajaklah kuda jalan-jalan, kemudian lama kelamaan diajak berlari lari. Memandikan kuda hanya sebatas kepala dan kakinya saja, dan memberikan pakan dalam kondisi kering.

4.0.4 Mencret.

Gejala yang timbul akibat penyakit ini adalah mencret atau diare yang berlebihan, sehingga menyebabkan ternak menjadi lemas, tidak nafsu makan. Jika ternak kuda menderita mencret, hal yang sama juga harus dilakukan, yaitu mengajak kuda jalan-jalan, hingga berlari-lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan kotoran.

 





BAB III. PENUTUP


A.KESIMPULAN


Kuda gayo merupakan salah satu hewan peliharaan yang penting secara ekonomis dan historis dan memegang peranan penting sebagai alat transfortasi selama ribuan tahun, kuda dapat ditunggangi oleh manusia dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan di beberapa daerah tertentu (Anonim, 2015).
Kuda (kude) Gayo berpostur tubuh kecil yang hidup di Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah yang merupakan salah satu rumpun kuda nasional yaitu Rumpun Kuda Gayo yang telah ditetapkan oleh pemerintan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian (Mentan)  Nomor: 1054/ Kptes/SR.120/10/2014 tanggal 13 Oktober 2014
Ciri khas kuda gayo perutnya agak kebawah seperti setengah lingkaran. Kuda gayo merupakan satu dari delapan ternak kuda local dan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia (FAO 2007).

B.SARAN


Kita sebagai masyarakat provinsi aceh wajib melindungi kelestarian kuda gayo agar tidak kehilangan kelestraian kuda gayo yang memang berasal dari gayo asli. Hindari beberapa perkawinan silang kuda gayo dengan kuda unggulan agar tetap terjaga varietas asli kuda gayo di gayo.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar