KUDA GAYO SEBAGAI PLASMA NUTFAH ACEH
Kuda gayo merupakan salah satu plasma nutfah aceh yang telah memiliki SK mentri pertanian.
(mentan) Nomor: 1054/Kpts/SR.120/10/2014 Kuda gayo tersebar di daerah kabupaten aceh tengah, bener meriah, dan belang kejeren.
di ketiga kabupaten tersebut jumlah kuda terbesar ada di daerah aceh tengah, dan mengapa para masyrakat mau memeilihara kuda di karenakan mereka memiliki tradisi yang unik untuk memperingati hari hari besar. seperti memperingati hari ulang tahun kemerdekaan negara republik indonesia dan memperingati hari jadi kota itu sendiri, biasa nya pacuan kuda di selenggarakan lima (5) kali dalam satu tahun.
BAB
I. PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Populasi ternak di Indonesia
mengalami kenaikan, tetapi ada beberapa jenis ternak yang mengalami penurunan.
Kuda merupakan salah satu ternak yang mengalami penurunan populasi. Penurunan
populasi ini terjadi karena fungsi kuda sebagai alat transportasi telah banyak
digantikan oleh kendaraan bermotor, selain tingginya angka pemotongan kuda
sebagai sumber pangan (Mansyur et al., 2006).
Beberapa jenis kuda yang dikenal di
Indonesia pada umumnya diberi nama sesuai asal-usulnya tempat tersebarnya
diantaranya kuda Gayo, kuda Batak, kuda Jawa, kuda Priangan, kuda Sulawesi,
kuda Lombok, kuda Bali, kuda Sumbawa, kuda Timor dan kuda Flores. Kuda Gayo
merupakan salah satu ternak yang bertipe fancy (kesenangan/hiasan) yang
sudah lama dikenal dan digemari masyaraka Gayo. Sejak dahulu kala peranan kuda
di Gayo selain untuk dipacu juga digunakan sebagai pekerja dan sarana
transportasi sehingga masyarakat gayo dapat berkomunikasi dengan masyarakat
luar.
Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih, maka kuda tidak lagi digunakan
sebagai pekerja maupun sebagai sarana transportasi. Namun, kuda telah menjadi
ternak kesayangan yang sangat bernilai dan dimiliki oleh komunitas tertentu
pecinta ternak kuda.
1.2. TUJUAN
Tujuan dari praktik lapang ini
adalah untuk mengetahui sistem pemeliharaan (manajemen) kuda pacu di Kecamatan
Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.
1.3. MANFAAT
Manfaat ini yaitu sebagai informasi tentang sumber daya genetika ternak
local yang menjadi plasma nutfah nasional di Indonesia salah satunya yaitu kuda
gayo yang berada di Kabupaten Gayo Lues. Serta menambah wawasan .
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kuda merupakan ternak nonruminansia grup
colon fermentor yang mempunyai semangat tinggi (Cheeke, 1999). Kuda
tergolong dalam ternak herbivora atau ternak yang mengkonsumsi hijauan (Gibbs
dan Davidson, 1992). Kuda memiliki klasifikasikan sebagai berikut (Blakely dan
Bade, 1995) :
Kingdom :
Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class
: Mamalia
Ordo
: Perissodactyla
Famili
: Equidae
Genus
:
Equus
Spesies
: Equus
Caballus
Kuda merupakan salah satu hewan
peliharaan yang penting secara ekonomis dan historis dan memegang peranan
penting sebagai alat transfortasi selama ribuan tahun, kuda dapat ditunggangi
oleh manusia dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, kuda juga digunakan
sebagai sumber makanan di beberapa daerah tertentu (Anonim, 2015).
Bangsa kuda seringkali ditentukan
oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan keturunan dan membuat
buku silsilah kuda hasil seleksi berdasarkan pada daerah asal, fungsi, dan ciri
fenotifik (Bowling dan Ruvinsky, 2000).
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Kuda Gayo
Kuda (kude) Gayo berpostur tubuh kecil yang hidup di
Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah yang merupakan salah satu
rumpun kuda nasional yaitu Rumpun Kuda Gayo yang telah ditetapkan oleh
pemerintan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian (Mentan) Nomor: 1054/ Kptes/SR.120/10/2014 tanggal 13 Oktober 2014. Kuda Gayo adalah sebagai salah satu
kekayaan sumber daya genetik hewan lokal di Indonesia. Hewan ini harus
dilindungi dan dilestarikan karena kuda asli dari Gayo mempunyai bentuk fisik
yang khas jika dibandingkan dengan kuda lain. Keberadaan kuda di daerah Gayo itu
diketahui dulunya sebelum ada kendaraan sangat membantu masyarakat petani
membawa hasil panen sebagai sarana transportasi.
Kuda
Gayo mempunyai nilai strategis yang dipelihara secara turun- temurun sebagai
kuda pacu, dan mempunyai nilai ekonomi dan budaya serta telah menyatu dengan
kehidupan masyarakat Gayo. Disebutkan, kuda Gayo sudah ada sejak abad ke-18
yang beradaptasi di Gayo, kemudian diperbaiki dengan kuda Thoroughbred dengan
sebaran asli geografis meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener
Meriah.
Kuda Gayo (kuda lokal Gayo) memiliki
tinggi badan 118-125 cm dan beberapa keunggulan diantaranya yaitu: daya
adaptasi terhadap lingkungan sangat baik, tahan terhadap penyakit lokal,
perawatannya lebih efisien dan ekonomis.
Kuda
pacuan di Gayo yang digunakan sekarang tidak hanya kuda asli Gayo tetapi juga
kuda persilangan antara kuda Gayo dan kuda Australia yang diberi nama kuda
Astaga (Australi Gayo).
3.2. Jenis Kuda Gayo
·
Kuda Asli Lokal Gayo
·
Kuda Astaga (Australia
Gayo)
·
Kuda Thoroughbred (Kuda
asli dari Luar Negeri)
3.3. Keistimewaan Kuda Gayo
·
Memiliki naluri
kesetiaan terhadap pemiliknya.
·
Merupakan tipe ternak
pekerja yang kuat.
·
Jenis kuda pacu yang
tangguh di kelas kuda local.
·
Relative memiliki daya
tahan terhadap serangan penyakit.
·
Memiliki variasi warna
bulu mulai dari hitam,merah,abu abu,putih,belang,kuning langsat,dan campuran.
·
Memiliki tekstur daging
yang rapuh dan empuk dan memiliki cita rasa yang lezat (bagi pengkonsumsi).
3.4 Ciri-ciri Kuda Gayo
·
Memiliki ukuran yang
lebih kecil daripada kuda yang lain.
·
Memiliki bulu yang
lebat dan panjang
·
Memiliki tapak (kuku)
yang keras.
·
Memiliki
sawit(taring) untuk kuda jantan yang
berumur 4 tahun.
·
Memiliki kuping yang
pendek.
·
Memiliki perut seperti
setengah lingkaran.
·
Memiliki bulu seperti
domba pada umur 1-6 bulan, dan dari umur 6-9 bulan proses rontoknya bulu
(jangut bangke).
3.5. Pemeliharaan
Kuda Gayo
Pemeliharaan kuda pacu di Kabupaten
Gayo Lues dilakukan oleh peternak kuda yang umumnya menggunakan sistem semi
intensif yaitu malam hari dikandangkan dan pada siang hari diikat di sekitar
kandang, ada juga yang memelihara secara intensif yaitu kuda terus-menerus
berada di dalam kandang yang dipagari. Kandang kuda dilengkapi dengan halaman
yang dibatasi oleh pagar yang kokoh. Kuda tersebut akan ke halaman kandang
biasanya untuk berjamur.
Anak kuda yang berumur di bawah
1-1,5 tahun pemeliharaanya dibiarkan terus-menerus bersama induknya.
Selanjutnya setelah anak kuda tersebut berumur 1 sampai dengan 1,5 tahun, anak
kuda ditangkap dan dipisahkan dari induknya untuk dipelihara secara
terpisah sebagai calon kuda pacu. Kuda yang dimanfaatkan sebagai kuda pacu
umumnya adalah kuda yang berumur mulai 2 tahun ke atas.
3.6. Pakan dan Air
Minum yang Diberikan
3.6.1. Hijauan
Pakan yang diberikan kepada kuda pacu umumnya adalah hijauan yaitu rumput alam
yang dipotong. Pemotongan rumput dilakukan oleh anak kandang yang dilakukan
pada siang hari. Rumput ini akan diberikan pada kuda pada sore hari yaitu
pada pukul 17.00 WIB dan pada pagi hari yaitu pada pukul 09.00 WIB.
3.6.2. Air Minum
Air minum yang diberikan kepada kuda
pacu adalah air bersih yang bersumber dari air sumur atau air sungai. Air minum
diberikan kepada kuda bersamaan dengan pemberian hijauan yaitu pada pagi hari
pukul 09.00 WIB dan pada sore hari pukul 17.00 WIB.
3.6.3. Konsentrat
Konsentrat yang diberikan kepada
kuda pacu yaitu dilakukan pada sore hari sebelum pemberian hijauan yaitu pada
pukul 16.00 WIB. Umumnya bahan-bahan untuk pembuatan konsentrat yaitu dedak
padi, jagung, tepung kacang hijau, tepung kedele dan kadang-kadang ditambah
dengan ampas tahu dan padi. Campuran bahan pakan konsentrat ini diberikan pada
hari-hari biasanya. Di samping pemberian pakan konsentrat, juga biasanya
diberikan batang pohon aren dicincang halus kemudian dikeringkan atau bisa juga
diberikan langsung setelah dicincang.
Beda halnya apabila kuda pacu akan
diperlombakan dalam kegiatan pacuan kuda. Pakan konsentrat yang diberikan untuk
persiapan pacuan biasanya adalah pakan konsentrat komersil Vital Horse.
Pemberian pakan konsentrat ini dilakukan pada 1 atau 2 bulan sebelum pacuan
dilaksanakan. Menjelang pada saat pacuan kuda, biasa kepada kuda pacu diberikan
konsentran yang ditambahkan gula aren sebagai energi tinggi bagi kuda.
3.7. Kandang
Kontruksi kandang kuda pacu harus
dibangun dengan kokoh. Bahan untuk kandang kuda pacu Kecamatan Blangkejeren
Kabupaten Gayo Lues biasanya terdiri atas kayu atau papan, atapnya dari seng
dan ada juga yang menggunakan atap rumbia. Kelebihan atap rumbia memberikan
suasana yang dingin bagi ternak kuda. Lantai kandang biasanya ada yang langsung
beralaskan tanah yang diberikan liter (serbuk gergaji) dan ada juga yang dibuat
permanen dengan cara disemen. Lantai kandang kuda yang disemen juga ada yang
digunakan liter sebagai alas kandang.
Umumnya, tipe kandang kuda pacu di
Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues adalah kandang individual yang
di bagian depan kandang dipagari untuk tempat kuda berjemur pada siang
hari. Sedangkan untuk kuda betina yang beranak, umumnya kandangnya lebih luas
dibandingkan dengan kandang kuda jantan.
3.8. Perkawinan
Tatalaksana perkawinan kuda pacu di
Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues masih menggunakan cara
sederhana yaitu dengan cara perkawinan alami. Perkawinan alami ini ada yang
menggunakan pejantan unggul kuda Australia milik pemerintah setempat yang
didatangkan dari Australia yang pejantan ini telah memiliki sertifikat. Di
samping itu, ada juga yang menggunakan pejantan kuda Gayo maupun peranakan
antara kuda Gayo dengan kuda Autralia (disebut kuda astaga). Pemilihan pejantan
bergantung pada pemilik ternak kuda.
Kuda Gayo betina pertama kali akan
dikawinkan pada umur 2 sampai dengan 2,5 tahun. Jarak beranak kuda Gayo yaitu 1
tahun sekali melahirkan anak. Sedangkan kuda betina yang digunakan untuk
pacuan biasanya dikawinkan pada saat berumur 4 tahun (2-2,5 tahun khusus untuk
dipacu). Rata-rata masa kebuntingan seekor kuda Gayo betina adalah 335 hari
dengan kisaran umur antara 315 sampai 350 hari.
3.9. Pemasaran
Kuda yang sudah tua biasanya akan
dijual ke Sumatera Utara. Kuda yang dijual biasanya kuda betina yang
sudah tidak berproduksi atau kuda jantan yang tidak mampu lagi bersaing di
arena pacuan. Kuda jantan yang tidak digunakan lagi sebagai kuda pacuan ini
biasanya juga digunakan sebagai pejantan untuk dikawini dengan kuda-kuda betina
produktif dan nantinya akan diambil keturunannya untuk kemudian dijual.
Umumnya, kuda yang masih digunakan sebagai kuda pacu akan dijual hanya di
daerah Gayo saja dan pembelinya adalah masyarakat biasa maupun pejabat. Harga
pasaran kuda ini adalah untuk kuda Gayo (lokal) rata-rata adalah Rp
11.000.000,-, dan kuda Peranakan Gayo rata-rata harganya adalah ≥ Rp 20 juta.
4.0. Penyakit pada Kuda
Gayo
4.0.1. Penyakit Kolik
Kolik adalah rasa sakit di daerah perut, baik yang berasal
dari alat pencernaan maupun bukan, yang di tandai kegelisahan, kesakitan, dan
secara langsung dengan gangguan peredaran darah dan segala manifestasinya
(Subronto., 2003).
Kuda mudah menderita kolik karena kekhususan alat pencernaan kuda, seperti:
Kuda mudah menderita kolik karena kekhususan alat pencernaan kuda, seperti:
- Lambung kuda relative kecil
- Pylorus kuda letaknya
“terjepit” di antara kolon dorsal dan ventral
- Kolon dorsal dan ventral
tergantung longgar pada mesenterium yang panjang hingga mudah mengalami
pemutaran atau perubahan letak anatomis
- Kuda memiliki saluran
pencernaan yang panjang, sedang ukuran rongga perut relative sempit
- Kerongkongan yang panjang terletak
miring dan “terjepit”, tidak memudahkan proses muntah
- Kuda termasuk spesies mamalia
yang tidak tahan terhadap sensasi sakit, hingga memudahkan terjadinya
kolik (Subronto., 2003).
4.0.2. Perut kembung.
Gejalanya,
jika kuda mengalami perut kembung, maka ia suka berguling-guling di tanah
seperti perut melilit. Hal ini disebabkan oleh pemberian pakan berupa hijauan
yang masih segar, karena hijauan segar masih banyak kandungan gas sebagai
pemicu perut kembung. Atau bisa juga disebabkan oleh penyebab lain, seperti
memandikan ternak sehabis pulang kerja. Hal ini akan mengakibatkan kuda mengalami masuk angin.
Penanganan,
Di antaranya mengajak kuda jalan- jalan, kemudian lama kelamaan diajak lari
lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan kotoran. Minumannya
berupa parutan buah papaya yang dicampur garam dan minyak goreng secukupnya.
Cara lain bisa juga memberikan soda yang ditambah dengan garam.
4.0.3.Flu atau pilek.
Gejala
yang timbul akibat penyakit ini adalah hidung berlendir, sehingga nafas tidak
teratur. Penanganan, ajaklah kuda jalan-jalan, kemudian lama kelamaan diajak
berlari lari. Memandikan kuda hanya sebatas kepala dan kakinya saja, dan memberikan
pakan dalam kondisi kering.
4.0.4 Mencret.
Gejala
yang timbul akibat penyakit ini adalah mencret atau diare yang berlebihan,
sehingga menyebabkan ternak menjadi lemas, tidak nafsu makan. Jika ternak kuda
menderita mencret, hal yang sama juga harus dilakukan, yaitu mengajak kuda
jalan-jalan, hingga berlari-lari sampai kuda terkencing-kencing atau
mengeluarkan kotoran.
BAB III. PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kuda gayo merupakan salah satu hewan
peliharaan yang penting secara ekonomis dan historis dan memegang peranan
penting sebagai alat transfortasi selama ribuan tahun, kuda dapat ditunggangi
oleh manusia dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, kuda juga
digunakan sebagai sumber makanan di beberapa daerah tertentu (Anonim, 2015).
Kuda (kude) Gayo berpostur tubuh kecil yang hidup di
Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah yang merupakan salah satu
rumpun kuda nasional yaitu Rumpun Kuda Gayo yang telah ditetapkan oleh
pemerintan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian (Mentan) Nomor: 1054/ Kptes/SR.120/10/2014 tanggal 13 Oktober 2014
Ciri khas kuda gayo perutnya agak
kebawah seperti setengah lingkaran. Kuda gayo merupakan satu dari delapan
ternak kuda local dan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia (FAO 2007).
B.SARAN
Kita sebagai masyarakat provinsi
aceh wajib melindungi kelestarian kuda gayo agar tidak kehilangan kelestraian
kuda gayo yang memang berasal dari gayo asli. Hindari beberapa perkawinan
silang kuda gayo dengan kuda unggulan agar tetap terjaga varietas asli kuda
gayo di gayo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar