Selasa, 02 Mei 2017

contoh laporan kunjungan kepasar

BAB I. PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak populasi ternak. Hal ini didukung oleh banyak sentra peternakan rakyat yang memelihara sapi, kerbau, kambing, dan unggas. Peternakan di Provinsi Aceh telah menyatu dalam kehidupan budaya masyarakat pedesaan secara turun-temurun. Tidak jarang terjadi, bahwa pada saat petani mengalami kegagalan panen tanaman pangan, hewan ternak pun menjadi penyelamat ekonomi keluarga petani. Oleh karena itu, peternakan rakyat merupakan bagian dari tulang punggung ekonomi negara.
Beberapa hal yang terjadi saat ini di Provinsi Aceh dan Nasional memerlukan pemikiran dan alternatif tindakan. Program pemerintah terhadap swasembada daging sapi telah menghabiskan anggaran triliunan rupiah, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan. Bahkan semakin tergantung pada sapi luar provinsi atau impor dan mengancam populasi sapi Aceh yang semakin menurun akibat pemotongan sapi betina produktif yang belum terkendali.
Di samping itu, subsidi pemerintah pusat dan daerah untuk bidang peternakan di Provinsi Aceh juga sangat minim bahkan terkesan seperti hendak dipangkas, bidang peternakan dijadikan sebagai anak tiri, karena yang selalu di pioritaskan selama ini adalah bidang pertanian dan perkebunan. Isu dana sebesar Rp.10.000.000.000,- untuk bidang peternakan di Aceh tahun ini dari pemerintah pusat pun terus dikurangi dan dipersempit.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditetapkan perumusan masalah dari laporan ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.         Apa defenisi dari sapi potong, daging, tulang , kulit, dan alat jeroan?
2.         Jenis sapi apa yang di perdagangkan (jantan/betina) ?
3.         Dari mana asal ternak sapi yang dipasarkan di Lambaro ?
4.         Bagaimana perbedaan harga sapi jantan dan betina ?
5.         Dari bangsa apa sapi yang di perjualkan dipasarkan di Lambaro?
6.         Dimana tempat pemotongan sapinya?
7.         Dari mana pemasok sapinya ?
8.         Berapa harga (daging, tulang, kulit dan alat jeroan) ?
9.         Berapa harga sapi per ekor ?
10.     Berapa kg yang habis dalam 1 hari ?
11.     Bagaimana perbedaan penjualan sapi pada hari megang dan hari-hari biasa ?
12.     Berapa jumlah orang yang menjual daging di pasar Lambaro ?

C.     Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan laporan ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang proses pemasaran daging sapi potong dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Sapi potong merupakan komoditas subsektor peternakan yang sangat potensial. Hal ini bisa dilihat dari tingginya permintaan akan daging sapi. Namun, sejauh ini Indonesia belum mampu menyuplai semua kebutuhan daging tersebut. Akibatnya, pemerintah terpaksa membuka kran inpor sapi hidup maupun daging sapi dari negara lain, misalnya Australia dan Selandia Baru. Usaha peternakan sapi potong pada saat ini masih tetap menguntungkan. Pasalnya, permintaan pasar akan daging sapi masih terus memperlihatkan adanya peningkatan. Selain dipasar domestik, permintaan daging di pasar luar negeri juga cukup tinggi (Rianto & Purbowati, 2009 : 3).
Ternak sapi potong di Indonesia memiliki arti yang sangat strategis, terutama dikaitkan dengan fungsinya sebagai penghasil daging, tenaga kerja, penghasil pupuk kandang, tabungan, atau sumber rekreasi. Arti yang lebih utamanya adalah sebagai komoditas sumber pangan hewani yang bertujuan untuk mensejahterakan manusia, memenuhi kebutuhan selera konsumen dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, dan mencerdaskan masyarakat (Santosa & Yogaswara, 2006).
Sapi potong merupakan salah satu komponen usaha yang cukup berperan dalam agribibisnis pedesaan, utamanya dalam sistem integrasi dengan subsektor pertanian lainnya, sebagai rantai biologis dan ekonomis sistem usaha tani . Terkait dengan penyediaan pupuk, maka sapi dapat berfungsi sebagai "pabrik kompos". Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran sebanyak 8-10 kg/hari yang apabila diproses akan menjadi 4-5 kg pupuk organik. Potensi pupuk organik ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mernpertahankan kesuburan lahan, melalui siklus unsur hara secara sempurna (Mariyono dkk. 2010 : 2).
Kendala utama yang dihadapi petani dalam meningkatkan produktivitas sapi adalah tidak tersedianya pakan secara memadai terutama pada musim kemarau di wilayah yang padat ternak. Untuk itu peternak di beberapa lokasi di Indonesia telah mengembangkan sistem integrasi tanaman ternak (Crops Livestock System, CLS). Pada saat ini telah dikembangkan berbagai model integrasi antara lain Ternak – Padi, Ternak – Hortikultura dan Ternak – Sawit (Anonim, 2010).
Menurut Kariyasa dan Kasryno (2004), menyatakan bahwa usaha ternak sapi akan efisien jika manajemen pemeliharaan diintegrasikan dengan tanaman sebagai sumber pakan bagi ternak itu sendiri. Ternak sapi menghasilkan pupuk untuk meningkatkan produksi tanaman, sedangkan tanaman dapat menyediakan pakan hijauan bagi ternak.

A.     Sistem Pemeliharaan
Pemeliharaan persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai memelihara ternak sapi potong adalah membersihkan kandang dengan desinfeksi. Demikian juga dalam penggunaan alat harus memenuhi baik faktor higienis, keamanan ternak maupun efisiensi (Anonima, 2012).
Induk yang sedang bunting sama dengan sapi yang sedang berproduksi, membutuhkan makanan yang cukup mengandung protein, mineral dan vitamin. Induk bunting harus dipisahkan dengan kelompok sapi yang tidak bunting dan pejantan. Semua induk bunting hendaknya dikumpulkan menjadi satu. Apabila sudah dekat masa melahirkan harus dipisahkan di kandang tersendiri yang bersih, kering, dan terang. Lantai kandang harus diberi alas, misalnya dengan jerami atau rumput (Anonima, 2012).
Jika “pedet” (anak sapi umur 0 – 8 bulan) telah lahir, semua lendir yang menyelubungi tubuh. Sewaktu membersihkan lendir pada tubuh, peternak harus menekan-nekan dada pedet untuk merangsang pernapasan. Selanjutnya tali pusar dipotong, disisakan sepanjang 10 cm dan diberi desinfektan dengan yodium tincture 10 persen. Tiga puluh menit sesudah lahir, biasanya pedet sudah mulai bisa berjalan dan menyusu pada puting induk. Tempat dimana pedet itu berbaring harus diberi alas jerami atau rumput kering yang bersih dan hangat (Anonima, 2012).
Menurut (Anonimb 2010), ada 3 cara pemeliharaan sapi antara lain sebagai berikut :
a.         Pemeliharaan secara ekstensif
Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang mempunyai padang rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara, Sulawesi selatan, dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut kandang terbuka.

b.        Pemeliharaan secara intensif
Pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dipelihara secara terus menerus di dalam kandang sampai saat dipanen sehingga kandang mutlak harus ada. Seluruh kebutuhan sapi disuplai oleh peternak, termasuk pakan dan minum. Aktivitas lain seperti memandikan sapi juga dilakukan serta sanitasi dalam kandang.

c.         Pemeliharaan secara semi-intensif
Pemeliharaan sapi secara semi intensif merupakan perpaduan antara kedua cara pemeliharaan secara ekstensif. Jadi, pada pemeliharaan sapi secara semi intensif ini harus ada kandang dan tempat penggembalaan dimana sapi digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari.

B.     Sistem Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan untuk sapi potong harus cukup, baik mengenai mutu maupun jumlahnya. Pakan bagi ternak berfungsi untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Pakan yang kurang akan menghambat pertumbuhan. Hal yang terpenting adalah pakan dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral bagi ternak. Pakan ternak sapi digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu (Anonime, 2012).
Menurut Santosa (2006) bahwa dalam menyusun ransum, tentukanlah hal-hal yaitu sebagai berikut :
1.         Sediakan bahan pakan yang akan disusun menjadi ransum beserta hasil analisis zat makanannya.
2.         Ketahui kelas, umur, produksi, dan kondisi fisiologis ternak yang bersangkutan sehingga diketahui kebutuhannya untuk hidup pokok, pertumbuhan, dan produksinya.
3.         Ketahui data kebutuhan tiap zat makanan untuk ternak yang bersangkutan. Sesuai dengan pertambahan bobot badan yang diharapkan pada berbagai keadaan ternak tersebut.
4.         Tentukan dasar penyusunan ransum berdasarkan energy, protein, TDN, atau lainnya.
5.         Usahakan bahan pakan terdiri dari sumber nabati dan sumber hewani untuk saling menutupi kekurangan zat makanan yang dibutuhkan.

C.     Teknik Pencampuran Pakan
Metode pencampuran pakan yakni: pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Menimbang masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya bahan dicampur dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu melakukan penghomogenan dengan cara membolak balik pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan simpan dalam gudang pakan (Umiyah, 2007)

D.     Pengembalaan
Padang penggembalaan merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume dengan jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak. Sistem penggembala biasanya ternak dilepas bebas di padang penggembalaan untuk mencari rumput. Pakan dikonsumsi secara bebas dan tergantung pada ketersediaan rumput di lapangan. Biasanya daya tampung untuk sistem gembala adalah 1 – 2 ekor per hektar sehingga sistem gembala membutuhkan lahan yang luas. Saat ini ketersediaan padang penggembalaan semakin sempit, terdesak oleh pembangunan sarana dan prasarana jalan, perumahan, industri dan sebagainya (Mahardi, 2009).





BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A.     Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan pengumpulan data pemasaran daging sapi potong kelompok 2 adalah sebagai berikut :
Tempat/lokasi       :  Pasar daging Lambaro, Aceh Besar
Hari, Tanggal       :  Sabtu, 01 April 2017
Pukul                    :  10.00 Wib-12.00 Wib

B.     Pendekatan Kajian
Kajian tentang margin pemasaran daging sapi potong ini termasuk dalam penggolongan penelitian case study (studi kasus). Menurut Ginting (1993) case study (studi kasus) adalah pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan atau wholeness dari objek. Studi kasus (case study) berguna untuk memberikan informasi pada penelitian lebih lanjut, karena dapat memberikan penjelasan tentang variable-variabel penting serta proses pengamatan.

C.     Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan adalah penelitian survei di lapangan. Langkah-langkah penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
1.         Menyiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara
2.         Datang ke lokasi survei yaitu Pasar induk lambaro
3.         Melakukan pengamatan dan dokumentasi.
4.         Melakukan wawancara kepada para penjual daging sapi di Pasar induk Lambaro.

D.     Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpul data yang digunakan adalah teknik wawancara dengan para pedagang daging sapi yang berada di pasar induk lambaro, Aceh besar.

BAB IV. PEMBAHASAN

A.     Deskripsi Hasil Penelitian
Ternak sapi potong yang ada di pasar Lambaro menurut salah satu pedagang (Bani Al-Qodri, 30th, Banda Aceh), berasal dari kampung ke kampung, rata-rata sapi yang dipasarkan adalah sapi Aceh dari bangsa Bos Indicus dengan rata-rata harga per-ekor mulai dari Rp.17.000.000,- ke atas. Jenisnya 50 % sapi Jantan dan 50 % sapi betina yang sudah tidak produktif lagi. Setelah sapi diperoleh, kemudian sapi pun disembelih dan dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH).
Jumlah keseluruhan penjual daging adalah 15 toke dengan 15 meja daging, tulang, kulit, dan alat jeroan. Perbedaan harga pada sapi jantan dan betina terletak pada kualitas dagingnya, semakin baik kualitas dagingnya maka semakin baik pula nilai jual dari daging tersebut. Harga rata-rata sapi potong yang ada di pasar Lambaro per-kg secara detail dapat diperhatikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Detail harga daging per-kg
Harga (kg)
a
b
c
d
Daging
Tulang
Kulit
Alat Jeroan
Rp 130.000
Rp 50.000
Rp 20.000
Rp 100.000

“Harga daging sewaktu-waktu dapat naik dan turun sesuai dengan kondisi, misalnya saja di waktu megang harga sapi naik, karena tingginya permintaan dan ramainya pembeli hingga 1 ekor sapi dapat terjual dalam sehari”. Ungkap para penjual daging.

B.     Analisis Data Penelitian
Analisis yang kami ambil pada penelitian ini adalah analisis kualitatif. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif, sudah bisa dimulai sejak dari akan masuk lapangan, sedang berada di lapangan dan sesudah selesai mengumpulkan data di lapangan. Fungsi analisis dalam penelitian kualitatif ialah untuk membedah fenomena dan sekaligus menganalisis fenomena untuk mengkonstruksi teori temuannya.

C.     Pembahasan
a.         Pengertian Sapi Potong
Sapi potong adalah jenis sapi yang diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya (berbeda dengan sapi perah yang dimanfaatkan susunya). Biasanya terdapat tiga tahapan utama dalam produksi daging sapi, yaitu tahap pengasuhan, penggembalaan dan pemberian pakan. Sapi potong yang masih berumur di bawah 1 tahun menghasilkan daging sapi muda yang memiliki kualitas berbeda dengan daging sapi biasa. Selain dimanfaatkan dagingnya, sapi potong juga menghasilkan kulit dan bahan bahan shampo juga kosmetik.

b.        Pengertian Daging
Daging adalah otot hewan yang tersusun dari serat-serat yang sangat kecil, masing-masing berupa sel memanjang yang disatukan oleh jaringan ikat, membentuk berkas ikatan yang pada kebanyakan daging jelas kelihatan lemak pembuluh darah dan urat syaraf. Bila potongan daging diamati secara teliti maka tampak dengan jelas bahwa daging terdiri atas tenunan yang terdiri atas air, protein, tenunan lemak dan potongan tulang.
Daging merupakan hasil pemotongan ternak yang telah melalui proses rigormortis, dalam proses rigormortis tersebut otot akan mengalami kehilangan glikogen dan mengakibatkan otot menjadi kaku, setelah itu enzim-enzim proteolitik pada daging akan bekerja dalam memperbaiki keempukan.
Daging mempunyai struktur daging yang terdiri dari jaringan otot, jaringan ikat, pembuluh darah dan jaringan syaraf. Menurut SNI 01-3947-1995 Urat daging melekat pada kerangka, kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal dari sapi /kerbau yang sehat waktu dipotong. Jenis mutu dibedakan menjadi segar, dingin dan beku, syarat muut, pengambilan contoh dan pengemasan.
Menurut Lukman (2008) SNI 01-3947-1995 penggolongan daging sapi/kerbau menurut kelasnya adalah yaitu golongan (kelas) I, meliputi daging bagian has dalam (fillet), tanjung (rump), has luar (sirloin), lemusir (cube roll), kelapa (inside), penutup (top side), pendasar + gandik (silver side). Golongan (kelas) II, meliputi daging bagian paha depan, sengkel (shank), daging paha depan (chuck), daging iga (rib meat), daging punuk (Blade). Golongan (kelas) III, meliputi daging lainnya yang tidak termasuk golongan I dan II, yaitu samcan (flank), sandung lamur (brisket ).

c.         Pengertian Tulang
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.

d.        Pengertian Kulit
Kulit sapi ialah bagian paling luar daging sapi. Kulit sapi biasanya dikeringkan dan digoreng menjadi rambak. Kulit merupakan organ tunggal tubuh paling berat, pada sapi sekitar 6-8%, dan domba 8-12%, dengan demikian kulit juga merupakan hasil ikutan ternak yang paling tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by product yang dihasilkan oleh seekor ternak.

e.         Pengertian Alat Jeroan
Jeroan adalah bagian-bagian dalam tubuh (hewan) yang sudah dijagal. Biasanya yang disebut jeroan adalah semua bagian kecuali otot dan tulang. Tergantung dari budaya setempat, berbagai bagian jeroan dapat dianggap sebagai sampah atau makanan mahal. Jeroan yang tidak digunakan secara langsung untuk konsumsi manusia atau binatang diproses lebih lanjut untuk menghasilkan makanan hewan, pupuk, atau bahan bakar.

BAB V. PENUTUP

A.     Kesimpulan
Sapi potong adalah jenis sapi yang diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya (berbeda dengan sapi perah yang dimanfaatkan susunya). Biasanya terdapat tiga tahapan utama dalam produksi daging sapi, yaitu tahap pengasuhan, penggembalaan dan pemberian pakan. Sapi potong yang masih berumur di bawah 1 tahun menghasilkan daging sapi muda yang memiliki kualitas berbeda dengan daging sapi biasa. Selain dimanfaatkan dagingnya, sapi potong juga menghasilkan kulit dan bahan bahan shampo juga kosmetik.
Beternak sapi potong merupakan usaha yang sangat menarik. Selain untuk memenuhi permintaan pasar daging yang masih belum terpenuhi, juga untuk mendorong timbulnya industri lain yang berbahan baku daging, kulit tulang dan bahan ikutannya. 

B.       Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melaksanakan penelitian terkait pemasaran daging sapi potong di pasar Lambaro Kabupaten Aceh Besar ini adalah sebagai berikut :
a.         Sebaiknya sangat dibutuhkan promosi pemasaran yang lebih kepada masyarakat.
b.         Sapi yang disembelih dan dipotong hendaklah sapi Jantan dan betina yang tidak produktif lagi.
c.         Mari memajukan sektor peternakan.



DAFTAR PUSTAKA

Abubakar. R., 1978. Ilmu Pemasaran, Proyek dan Pengadaan Buku Sekolah Ekonomi. PT. Sumber Bahagia Offset. Jakarta.
Anonymous, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius. Yogyakarta.
Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian 2014. Data Statistik Ketahanan Pangan. BPS, Jakarta.
Fanani, Z., 2000. Prospek Pemasaran Bidang Peternakan Pasca Tahun 2000. Universitas Brawijaya. Malang.
Gusti. P., 2012. Tataniaga Pertanian Saluran Tataniaga, Margin Tataniaga dan Pemasaran. UNSOED
Masyrofie, 1994. Diktat Pemasaran Hasil Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi 12, Terjemahan, PT. INDEKS, Jakarta, 2008
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi 12, Terjemahan, PT. INDEKS, Jakarta, 2008
Poerwadarminta, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Depdikbud. Pembinaan Pengembangan Bahasa. Jakarta.
Soekartawi, 1993. Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta.
Tjiptono, Fandy, Greorius Chandra, dan Dadi Adriana, 2008, Pemasaran Strategik, Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
Usmara, A. (Ed.), 2003, Strategi Baru Manajemen Pemasaran, Yogyakarta: Amara Books.
Yudi H., 2011. Pola Pemasaran Sapi Potong di Pulau Madura. Universitas Madura. Pamekasan.
BAHAN BACAAN REFERENSI

https://id.wikipedia.org/wiki/Sapi_potong (diakses  :  pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul 08.49)
http://info-peternakan.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-daging-menurut-beberapa.html (diakses  :  pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul 08.51)
http://histologidrgtadeus.blogspot.co.id/2009/01/4-tulang.html (diakses  :  pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul 08.52)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kulit_sapi (diakses  :  pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul 08.53)
https://id.wikipedia.org/wiki/Jeroan (diakses  :  pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul 08.53)
http://wahyu-gayo.blogspot.co.id/2009/04/analisis-margin-pemasaran-sapi-potong.html













LAMPIRAN
 










Gambar
Beberapa penjual daging di pasar Lambaro

Gambar
Ketika mewawancarai penjual daging di pasar Lambaro


Gambar
Meja tempat penjualan daging