BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang
memiliki banyak populasi ternak. Hal ini didukung oleh banyak sentra peternakan
rakyat yang memelihara sapi, kerbau, kambing, dan unggas. Peternakan di Provinsi
Aceh telah menyatu dalam kehidupan budaya masyarakat pedesaan secara
turun-temurun. Tidak jarang terjadi, bahwa pada saat petani mengalami kegagalan
panen tanaman pangan, hewan ternak pun menjadi penyelamat ekonomi keluarga
petani. Oleh karena itu, peternakan rakyat merupakan bagian dari tulang
punggung ekonomi negara.
Beberapa hal
yang terjadi saat ini di Provinsi Aceh dan Nasional memerlukan pemikiran dan
alternatif tindakan. Program pemerintah terhadap swasembada daging sapi telah
menghabiskan anggaran triliunan rupiah, namun hasilnya belum seperti yang
diharapkan. Bahkan semakin tergantung pada sapi luar provinsi atau impor dan
mengancam populasi sapi Aceh yang semakin menurun akibat pemotongan sapi betina
produktif yang belum terkendali.
Di samping itu,
subsidi pemerintah pusat dan daerah untuk bidang peternakan di Provinsi Aceh
juga sangat minim bahkan terkesan seperti hendak dipangkas, bidang peternakan
dijadikan sebagai anak tiri, karena yang selalu di pioritaskan selama ini
adalah bidang pertanian dan perkebunan. Isu dana sebesar Rp.10.000.000.000,-
untuk bidang peternakan di Aceh tahun ini dari pemerintah pusat pun terus
dikurangi dan dipersempit.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dapat ditetapkan perumusan masalah dari
laporan ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Apa
defenisi dari sapi potong, daging, tulang , kulit, dan alat jeroan?
2.
Jenis
sapi apa yang di perdagangkan (jantan/betina) ?
3.
Dari
mana asal ternak sapi yang dipasarkan di Lambaro ?
4.
Bagaimana
perbedaan harga sapi jantan dan betina ?
5.
Dari
bangsa apa sapi yang di perjualkan dipasarkan di Lambaro?
6.
Dimana
tempat pemotongan sapinya?
7.
Dari
mana pemasok sapinya ?
8.
Berapa
harga (daging, tulang, kulit dan alat jeroan) ?
9.
Berapa
harga sapi per ekor ?
10. Berapa kg yang habis dalam 1 hari ?
11. Bagaimana perbedaan penjualan sapi
pada hari megang dan hari-hari biasa ?
12. Berapa jumlah orang yang menjual
daging di pasar Lambaro ?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan dalam penulisan laporan ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang proses pemasaran daging sapi
potong dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Sapi potong merupakan komoditas subsektor peternakan yang sangat potensial.
Hal ini bisa dilihat dari tingginya permintaan akan daging sapi. Namun, sejauh
ini Indonesia belum mampu menyuplai semua kebutuhan daging tersebut. Akibatnya,
pemerintah terpaksa membuka kran inpor sapi hidup maupun daging sapi dari
negara lain, misalnya Australia dan Selandia Baru. Usaha peternakan sapi potong
pada saat ini masih tetap menguntungkan. Pasalnya, permintaan pasar akan daging
sapi masih terus memperlihatkan adanya peningkatan. Selain dipasar domestik,
permintaan daging di pasar luar negeri juga cukup tinggi (Rianto &
Purbowati, 2009 : 3).
Ternak sapi potong di Indonesia memiliki arti yang sangat strategis,
terutama dikaitkan dengan fungsinya sebagai penghasil daging, tenaga kerja,
penghasil pupuk kandang, tabungan, atau sumber rekreasi. Arti yang lebih
utamanya adalah sebagai komoditas sumber pangan hewani yang bertujuan untuk
mensejahterakan manusia, memenuhi kebutuhan selera konsumen dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup, dan mencerdaskan masyarakat (Santosa & Yogaswara, 2006).
Sapi potong
merupakan salah satu komponen usaha yang cukup berperan dalam agribibisnis
pedesaan, utamanya dalam sistem integrasi dengan subsektor pertanian lainnya,
sebagai rantai biologis dan ekonomis sistem usaha tani . Terkait dengan
penyediaan pupuk, maka sapi dapat berfungsi sebagai "pabrik kompos".
Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran sebanyak 8-10 kg/hari yang apabila
diproses akan menjadi 4-5 kg pupuk organik. Potensi pupuk organik ini
diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mernpertahankan kesuburan
lahan, melalui siklus unsur hara secara sempurna (Mariyono dkk. 2010 : 2).
Kendala utama
yang dihadapi petani dalam meningkatkan produktivitas sapi adalah tidak
tersedianya pakan secara memadai terutama pada musim kemarau di wilayah yang
padat ternak. Untuk itu peternak di beberapa lokasi di Indonesia telah
mengembangkan sistem integrasi tanaman ternak (Crops Livestock System, CLS).
Pada saat ini telah dikembangkan berbagai model integrasi antara lain Ternak –
Padi, Ternak – Hortikultura dan Ternak – Sawit (Anonim, 2010).
Menurut
Kariyasa dan Kasryno (2004), menyatakan bahwa usaha ternak sapi akan efisien
jika manajemen pemeliharaan diintegrasikan dengan tanaman sebagai sumber pakan
bagi ternak itu sendiri. Ternak sapi menghasilkan pupuk untuk meningkatkan
produksi tanaman, sedangkan tanaman dapat menyediakan pakan hijauan bagi
ternak.
A. Sistem Pemeliharaan
Pemeliharaan persiapan yang harus
dilakukan sebelum memulai memelihara ternak sapi potong adalah membersihkan
kandang dengan desinfeksi. Demikian juga dalam penggunaan alat harus memenuhi
baik faktor higienis, keamanan ternak maupun efisiensi (Anonima,
2012).
Induk yang sedang bunting sama dengan sapi yang sedang berproduksi,
membutuhkan makanan yang cukup mengandung protein, mineral dan vitamin. Induk
bunting harus dipisahkan dengan kelompok sapi yang tidak bunting dan pejantan.
Semua induk bunting hendaknya dikumpulkan menjadi satu. Apabila sudah dekat masa
melahirkan harus dipisahkan di kandang tersendiri yang bersih, kering, dan
terang. Lantai kandang harus diberi alas, misalnya dengan jerami atau rumput
(Anonima, 2012).
Jika “pedet” (anak sapi umur 0 – 8 bulan) telah lahir, semua lendir yang
menyelubungi tubuh. Sewaktu membersihkan lendir pada tubuh, peternak harus
menekan-nekan dada pedet untuk merangsang pernapasan. Selanjutnya tali pusar
dipotong, disisakan sepanjang 10 cm dan diberi desinfektan dengan yodium
tincture 10 persen. Tiga puluh menit sesudah lahir, biasanya pedet sudah mulai
bisa berjalan dan menyusu pada puting induk. Tempat dimana pedet itu berbaring
harus diberi alas jerami atau rumput kering yang bersih dan hangat (Anonima,
2012).
Menurut (Anonimb 2010), ada 3 cara pemeliharaan sapi antara lain
sebagai berikut :
a.
Pemeliharaan secara
ekstensif
Pemeliharaan sapi
secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang mempunyai padang
rumput yang luas, seperti di Nusa tenggara, Sulawesi selatan, dan Aceh.
Sepanjang hari sapi digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada malam
hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar,
disebut kandang terbuka.
b.
Pemeliharaan secara
intensif
Pemeliharaan secara
intensif yaitu ternak dipelihara secara terus menerus di dalam kandang sampai
saat dipanen sehingga kandang mutlak harus ada. Seluruh kebutuhan sapi disuplai
oleh peternak, termasuk pakan dan minum. Aktivitas lain seperti memandikan sapi
juga dilakukan serta sanitasi dalam kandang.
c.
Pemeliharaan secara
semi-intensif
Pemeliharaan sapi
secara semi intensif merupakan perpaduan antara kedua cara pemeliharaan secara
ekstensif. Jadi, pada pemeliharaan sapi secara semi intensif ini harus ada
kandang dan tempat penggembalaan dimana sapi digembalakan pada siang hari dan
dikandangkan pada malam hari.
B. Sistem Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan untuk sapi potong harus cukup, baik mengenai mutu
maupun jumlahnya. Pakan bagi ternak berfungsi untuk kebutuhan hidup pokok dan
pertumbuhan. Pakan yang kurang akan menghambat pertumbuhan. Hal yang terpenting
adalah pakan dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan
mineral bagi ternak. Pakan ternak sapi digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu
(Anonime, 2012).
Menurut Santosa (2006) bahwa dalam menyusun ransum, tentukanlah hal-hal
yaitu sebagai berikut :
1.
Sediakan bahan pakan
yang akan disusun menjadi ransum beserta hasil analisis zat makanannya.
2.
Ketahui kelas, umur,
produksi, dan kondisi fisiologis ternak yang bersangkutan sehingga diketahui
kebutuhannya untuk hidup pokok, pertumbuhan, dan produksinya.
3.
Ketahui data kebutuhan
tiap zat makanan untuk ternak yang bersangkutan. Sesuai dengan pertambahan
bobot badan yang diharapkan pada berbagai keadaan ternak tersebut.
4.
Tentukan dasar
penyusunan ransum berdasarkan energy, protein, TDN, atau lainnya.
5.
Usahakan bahan pakan
terdiri dari sumber nabati dan sumber hewani untuk saling menutupi kekurangan
zat makanan yang dibutuhkan.
C. Teknik Pencampuran
Pakan
Metode pencampuran pakan yakni: pertama-tama menyiapkan alat dan bahan.
Menimbang masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan
ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya bahan dicampur dengan
cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling
sedikit berada di atas. Setelah itu melakukan penghomogenan dengan cara
membolak balik pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen.
Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan simpan
dalam gudang pakan (Umiyah, 2007)
D. Pengembalaan
Padang penggembalaan merupakan tempat menggembalakan ternak untuk
memenuhi kebutuhan pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul
dan atau legume dengan jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak.
Sistem penggembala biasanya ternak dilepas bebas di padang penggembalaan untuk
mencari rumput. Pakan dikonsumsi secara bebas dan tergantung pada ketersediaan
rumput di lapangan. Biasanya daya tampung untuk sistem gembala adalah 1 – 2
ekor per hektar sehingga sistem gembala membutuhkan lahan yang luas. Saat ini
ketersediaan padang penggembalaan semakin sempit, terdesak oleh pembangunan
sarana dan prasarana jalan, perumahan, industri dan sebagainya (Mahardi, 2009).
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A.
Lokasi dan
Waktu
Pelaksanaan pengumpulan data pemasaran daging sapi potong kelompok
2 adalah sebagai berikut :
Tempat/lokasi : Pasar daging Lambaro, Aceh Besar
Hari, Tanggal : Sabtu, 01 April 2017
Pukul : 10.00 Wib-12.00 Wib
B.
Pendekatan
Kajian
Kajian tentang
margin pemasaran daging sapi potong ini termasuk dalam penggolongan penelitian
case study (studi kasus). Menurut Ginting (1993) case study
(studi kasus) adalah pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan
atau wholeness dari objek. Studi kasus (case study) berguna untuk memberikan
informasi pada penelitian lebih lanjut, karena dapat memberikan penjelasan
tentang variable-variabel penting serta proses pengamatan.
C. Metode
Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan adalah
penelitian survei di lapangan. Langkah-langkah penelitian dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.
Menyiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan
dalam wawancara
2.
Datang ke lokasi survei yaitu Pasar induk lambaro
3.
Melakukan pengamatan dan dokumentasi.
4.
Melakukan wawancara kepada para penjual daging sapi
di Pasar induk Lambaro.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini, pengumpul data yang digunakan adalah teknik wawancara dengan
para pedagang daging sapi yang berada di pasar induk lambaro, Aceh besar.
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Ternak sapi potong yang ada di pasar Lambaro menurut salah satu
pedagang (Bani Al-Qodri, 30th, Banda Aceh), berasal dari
kampung ke kampung, rata-rata sapi yang dipasarkan adalah sapi Aceh dari bangsa
Bos Indicus dengan rata-rata harga per-ekor mulai dari Rp.17.000.000,- ke atas.
Jenisnya 50 % sapi Jantan dan 50 % sapi betina yang sudah tidak produktif lagi.
Setelah sapi diperoleh, kemudian sapi pun disembelih dan dipotong di Rumah
Potong Hewan (RPH).
Jumlah keseluruhan penjual daging adalah 15 toke dengan 15 meja
daging, tulang, kulit, dan alat jeroan. Perbedaan harga pada sapi jantan dan
betina terletak pada kualitas dagingnya, semakin baik kualitas dagingnya maka
semakin baik pula nilai jual dari daging tersebut. Harga rata-rata sapi potong
yang ada di pasar Lambaro per-kg secara detail dapat diperhatikan pada tabel
berikut ini :
Tabel 1. Detail harga daging per-kg
Harga
(kg)
|
|||
a
|
b
|
c
|
d
|
Daging
|
Tulang
|
Kulit
|
Alat Jeroan
|
Rp 130.000
|
Rp 50.000
|
Rp 20.000
|
Rp 100.000
|
“Harga daging sewaktu-waktu dapat naik dan turun sesuai dengan
kondisi, misalnya saja di waktu megang harga sapi naik, karena tingginya
permintaan dan ramainya pembeli hingga 1 ekor sapi dapat terjual dalam sehari”. Ungkap para penjual daging.
B. Analisis Data Penelitian
Analisis yang kami ambil pada penelitian ini adalah analisis
kualitatif. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif, sudah bisa
dimulai sejak dari akan masuk lapangan, sedang berada di lapangan dan sesudah
selesai mengumpulkan data di lapangan. Fungsi analisis dalam penelitian
kualitatif ialah untuk membedah fenomena dan sekaligus menganalisis fenomena
untuk mengkonstruksi teori temuannya.
C. Pembahasan
a.
Pengertian Sapi
Potong
Sapi
potong adalah jenis sapi yang
diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya (berbeda dengan sapi perah yang dimanfaatkan susunya). Biasanya
terdapat tiga tahapan utama dalam produksi daging sapi, yaitu tahap pengasuhan,
penggembalaan dan pemberian pakan. Sapi potong yang masih berumur di bawah 1
tahun menghasilkan daging sapi
muda yang memiliki kualitas
berbeda dengan daging sapi biasa. Selain dimanfaatkan dagingnya, sapi potong juga
menghasilkan kulit dan bahan bahan shampo juga kosmetik.
b.
Pengertian
Daging
Daging adalah otot hewan
yang tersusun dari serat-serat yang sangat kecil, masing-masing berupa sel
memanjang yang disatukan oleh jaringan ikat, membentuk berkas ikatan yang pada
kebanyakan daging jelas kelihatan lemak pembuluh darah dan urat syaraf. Bila
potongan daging diamati secara teliti maka tampak dengan jelas bahwa daging
terdiri atas tenunan yang terdiri atas air, protein, tenunan lemak dan potongan
tulang.
Daging merupakan
hasil pemotongan ternak yang telah melalui proses rigormortis, dalam proses
rigormortis tersebut otot akan mengalami kehilangan glikogen dan mengakibatkan
otot menjadi kaku, setelah itu enzim-enzim proteolitik pada daging akan bekerja
dalam memperbaiki keempukan.
Daging mempunyai struktur
daging yang terdiri dari jaringan otot, jaringan ikat, pembuluh darah dan
jaringan syaraf. Menurut SNI 01-3947-1995 Urat daging melekat pada kerangka,
kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal dari
sapi /kerbau yang sehat waktu dipotong. Jenis mutu dibedakan menjadi segar,
dingin dan beku, syarat muut, pengambilan contoh dan pengemasan.
Menurut Lukman
(2008) SNI 01-3947-1995 penggolongan daging sapi/kerbau menurut kelasnya
adalah yaitu golongan (kelas) I, meliputi daging bagian has dalam (fillet),
tanjung (rump), has luar (sirloin), lemusir (cube roll), kelapa (inside), penutup
(top side), pendasar + gandik (silver side). Golongan (kelas) II, meliputi
daging bagian paha depan, sengkel (shank), daging paha depan (chuck), daging
iga (rib meat), daging punuk (Blade). Golongan (kelas) III, meliputi daging
lainnya yang tidak termasuk golongan I dan II, yaitu samcan (flank), sandung
lamur (brisket ).
c.
Pengertian
Tulang
Tulang adalah
jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular
(type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi
oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
d.
Pengertian
Kulit
Kulit
sapi ialah bagian paling luar daging sapi. Kulit sapi biasanya dikeringkan dan digoreng menjadi rambak. Kulit merupakan organ tunggal
tubuh paling berat, pada sapi sekitar 6-8%, dan domba 8-12%, dengan demikian
kulit juga merupakan hasil ikutan ternak yang paling tinggi nilai ekonominya
yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by
product yang dihasilkan oleh seekor ternak.
e.
Pengertian Alat
Jeroan
Jeroan adalah bagian-bagian dalam tubuh
(hewan) yang sudah dijagal. Biasanya yang disebut jeroan adalah semua bagian
kecuali otot dan tulang.
Tergantung dari budaya setempat, berbagai bagian jeroan dapat dianggap sebagai
sampah atau makanan mahal. Jeroan yang tidak digunakan secara langsung untuk
konsumsi manusia atau binatang diproses lebih lanjut
untuk menghasilkan makanan hewan, pupuk, atau bahan bakar.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sapi potong adalah
jenis sapi yang diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya (berbeda dengan sapi perah yang dimanfaatkan susunya). Biasanya terdapat tiga tahapan
utama dalam produksi daging sapi, yaitu tahap pengasuhan, penggembalaan dan
pemberian pakan. Sapi potong yang masih berumur di bawah 1 tahun menghasilkan daging sapi muda yang memiliki kualitas berbeda dengan daging sapi biasa.
Selain dimanfaatkan dagingnya, sapi potong juga menghasilkan kulit dan bahan bahan shampo juga kosmetik.
Beternak sapi potong merupakan usaha yang sangat menarik. Selain
untuk memenuhi permintaan pasar daging yang masih belum terpenuhi, juga untuk
mendorong timbulnya industri lain yang berbahan baku daging, kulit tulang dan
bahan ikutannya.
B.
Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melaksanakan penelitian
terkait pemasaran daging sapi potong di pasar Lambaro Kabupaten Aceh Besar ini
adalah sebagai berikut :
a.
Sebaiknya sangat
dibutuhkan promosi pemasaran yang lebih kepada masyarakat.
b.
Sapi yang disembelih
dan dipotong hendaklah sapi Jantan dan betina yang tidak produktif lagi.
c.
Mari memajukan sektor
peternakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar. R., 1978. Ilmu Pemasaran, Proyek dan Pengadaan Buku
Sekolah Ekonomi. PT. Sumber Bahagia Offset. Jakarta.
Anonymous, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius.
Yogyakarta.
Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian 2014. Data Statistik Ketahanan
Pangan. BPS, Jakarta.
Fanani, Z., 2000. Prospek Pemasaran Bidang Peternakan Pasca Tahun
2000. Universitas Brawijaya. Malang.
Gusti. P., 2012. Tataniaga Pertanian Saluran Tataniaga, Margin Tataniaga
dan Pemasaran. UNSOED
Masyrofie, 1994. Diktat Pemasaran Hasil Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi
12, Terjemahan, PT. INDEKS, Jakarta, 2008
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi
12, Terjemahan, PT. INDEKS, Jakarta, 2008
Poerwadarminta, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Depdikbud. Pembinaan
Pengembangan Bahasa. Jakarta.
Soekartawi, 1993. Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian, Teori dan
Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta.
Tjiptono, Fandy, Greorius Chandra, dan Dadi Adriana, 2008, Pemasaran Strategik,
Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
Usmara, A. (Ed.), 2003, Strategi Baru Manajemen Pemasaran, Yogyakarta:
Amara Books.
Yudi H., 2011. Pola Pemasaran Sapi Potong di Pulau Madura. Universitas
Madura. Pamekasan.
BAHAN BACAAN REFERENSI
https://id.wikipedia.org/wiki/Sapi_potong (diakses : pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul
08.49)
http://info-peternakan.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-daging-menurut-beberapa.html (diakses : pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul
08.51)
http://histologidrgtadeus.blogspot.co.id/2009/01/4-tulang.html (diakses : pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul
08.52)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kulit_sapi (diakses : pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul
08.53)
https://id.wikipedia.org/wiki/Jeroan (diakses : pada hari Jum’at, tanggal 21-4-2017, pukul
08.53)
http://wahyu-gayo.blogspot.co.id/2009/04/analisis-margin-pemasaran-sapi-potong.html
LAMPIRAN
Gambar
Beberapa penjual daging
di pasar Lambaro
Gambar
Ketika mewawancarai penjual
daging di pasar Lambaro
Gambar
Meja tempat penjualan
daging
Tidak ada komentar:
Posting Komentar