MANAJEMEN PEMELIHARAAN KERBAU
Oleh :
AMRI MAHBENGI 1605104010065
FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI
PETERNAKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peran ternak kerbau bagi kehidupan masyarakat peternak masih sangat penting. Menurut Suhuby (2007) terdapat tiga alasan utama mengapa kerbau mempunyai peran penting. Pertama, ternak kerbau memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kehidupan peternak dan petani di pedesaan sebagai sumber pendapatan asli daerah walaupun tanpa perbaikan pola hidup. Kedua, ternak kerbau masih dapat berproduksi dan bereproduksi dengan baik pada kondisi alam dan agroekosistem yang snagat kritis, misalnya wilayah lahan kering bagian Timur Indonesia (Pulau Sumbawa, Sumba, Flores, dll). Ketiga, ternak kerbau mengubah pakan yang sangat nilai mutu gizinya seperti limbah pertanian dan rumput alam yang bulky dan memiliki kandungan seat kasar yang tinggi, menjadi daging dan susu bagi manusia. Kerbau merupakan ternak yang potensial untuk produksi daging. Karena kerbau memiliki bobot karkas yang lebih tinggi dibandingkan sapi lokal. Bobot hidup kerbau rawa sebesar 370 kg, akan memperoleh bobot potong sebesar 360 kg, dengan karkas panas sebesar 171,5 kg (Miskiyah dan Usmiati, 2009).
Pada
umumnya usaha peternakan kerbau dibagi menjadi dua jenis usaha yaitu,
pembibitan dan penggemukan.Usaha pembibitan adalah usaha memperbaiki dan
memperbanyak populasi ternak dengan melakukan seleksi terlebih dahulu untuk
menghasilkan bibit unggul bagi ternak pada generasi berikutnya. Aspek utama
yang harus diperbaiki dalam manajemen pembibitan kerbau adalah penyediaan bibit
unggul, peningkatan kualitas pakan, teknik reproduksi, dan pengawasan kesehatan,
untuk mendukung perbaikan manajemen pembibitan tersebut diperlukan permodalan,
pemasaran, dan aspek penyuluhan (Hendayana dan Matondang, 2010).
Usaha
penggemukan atau yang lebih banyak disebut program finish bertujuan untuk
memperbaiki kualitas karkas/daging. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas
tersebut, salah satu diantaranya adalah deposit lemak dalam karkas. Lama proses
penggemukan berhubungan dengan pertambahan bobot badan, grade, dan komposisi
karkas lemak. Hubungan tersebut yaitu semakin lama penggemukan maka pertambahan
bobot badan semakin turun, tetapi persentase karkas meningkat dan mencapai
grade prime minimal mencapai grades standart. Lama penggemukan juga berpengaruh
pada peningkatan kadar lemak, kadar air menurun, tetapi kadar protein cnderung
tetap (Parakkasi, 1999). Penggemukan kerbau menggunakan sistem feedlot adalah
cara termurah pada kondisi negara-negara maju seperti Amerika. Faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam pemeliharaan secara feedlot pada ternak kerbau/sapi
adalah ketersediaan feeder (kerbau/sapi yang digemukkan), ketersediaan hijauan
(segar/kering), konsentrat selama periode penggemukkan, ketersediaan pasar yang
baik, dan skill peternak harus terjamin (Parakkasi,1998).
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sistem Perkandangan untuk Penggemukan kerbau ?
2. Bagaimana Cara Memilih Bakalan kerbau ?
3. Bagaimana Tata Cara Penggemukan kerbau ?
4.
Bagaimana Manajemen Pemberian Pakan, Sanitasi dan Kesehatan untuk Penggemukan
kerbau?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sistem Perkandangan
untuk Penggemukan kerbau
2. Untuk mengetahui Cara Memilih
Bakalan penggemukan kerbau
3. Untuk mengetahui Tata Cara
Penggemukan kerbau
4. Untuk mengetahui Manajemen
Pemberian Pakan, Sanitasi dan Kesehatan kerbau
BAB II Pembahasan
2.1 Jenis Atau
Tipe Kerbau
Ternak
potong merupakan ternak yang menghasilkan produk akhir brrupa daging, yang
tergolong ke dalam ternak potong adalah suatu ternak yang mampu secara genetik
meimiliki pertambahan berat badan yang tinggi, pada ternak ruminansia yang
paling menonjol sebagai ternak potong adalah sapi dan kerbau.
Kerbau
merupakan family Bovinae yaitu hewan
berkuku belah, ternak kerbau termasuk ke dalam spesies Bubalus bubalis yang berevolusi dari Bubalis arnee, kerbau liar dari India yang dijumpai pada daerah
asam semua tipe kerbau domestikasi yang ada dewasa ini nampaknya diturunkan
dari Bubalus arnee, yaitu kerbau liar (Bhattacharya,1993). Indonesia terdapat dua bangsa kerbau lokal,
yaitu kerbau lumpur (swamp buffalo) sebanyak 95% dan kerbau sungai (Reverine
bufallo) sebanyak 5% (Yurleni, 2000). Kerbau lumpur adalah kerbau tipe pedaging sedangkan kerbau
sungai merupakan kerbau tipe perah. Taksonomi kerbau (Bubalus bubalis) menurut Fahimudin (1975) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Arthiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Sub genus : Bubaline
Spesies : Bubalus bubalis
2.1.1 kerbau rawa (gunung)
Kebau
gunung /rawa (bubalus bubalis) meupakan kerbau yang memiliki 24 kromosom, memiliki ukuran tubuh
yang besar, warna beerparias, dan suka berendan di dalam kobangan lumpur.
Kerbau ini dapat di temui hampir di setiap daerah, di aceh sendiri ada salahsatu
spesies kerbau yaitu kerbau gayo. Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) termasuk hewan
kelas mamalia dan memamah
biak dan banyak dikembangkan oleh masyarakat
di pedesaan. Kerbau
lumpur merupakan salah
satu ternak ruminansia yang penting dan mempunyai potensi yang sangat besar sebagai hewan yang multiguna bagi masyarakat Indonesia. Beberapa fungsi penting dari kerbau lumpur
adalah sebagai sumber
penghasil daging, susu, dan sumber
tenaga kerja (Kierstein et al., 2004).
Kerbau Gayo merupakan salah satu kerbau lokal yang telah ditetapkan sebagai salah
satu plasma nutfah
negara
Indonesia dengan putusan Menteri Pertanian No: 302/Kpts/SR.120/5/2017.
Kerbau lokal memiliki
keunggulan sebagai salah
satu jenis ruminansia yang memiliki peran dan fungsi bagi masyarakat (Nuraini et al., 2010).
Menurut Kusnadi et al. (2005). Kerbau Gayo termasuk tipe kerbau lumpur
dan telah lama hidup serta telah beradaptasi sangat baik pada lingkungan yang lembab-tropis (tropical humid environment).
Kerbau
Gayo yang hidup di wilayah Kabupaten Bener Meriah dipelihara oleh masyarakat
setempat dengan cara digembalakan di beberapa lokasi peternakan yang meliputi
Kecamatan Wih Pesam, Bukit, Syiah Utama, Timang Gajah dan lokasi lainnya yang
ada di Kabupaten Bener Meriah (Yunus, 2015).
2.1.2 kerbau sungai (pantai)
Kerbau sungai merupakan
kerbau yang biasa berkubang pada sungai yang berair jernih. pulasinya menyebar dari india
sampai ke Mesir dan Gropa (krill tahun 1970) menjelaskan bahwa kerbau
sungai umumnya berwarna hitam memiliki tanduk yangkeriting atau melengkung membentuk spiral dan merupakan ternak tipe perah.Kerbau sungai berasal dari india dan fakistan
tetapi juga ditemukan di barat dayaAsia dan tenggara Gropa.
2.2 Sistem
Pemeliharaan Dan Bentuk Kandang
2.2.1
Sistem Pemeliharaan
a.
Intensif
Sisitem pemeliharaan
dimana hampir seluruh waktu dari hewan peternakan tersebut dihabiskan dalam
kandang, pakan disediakan oleh peternak secara khusus dalam kandang. Sistem ini
sering pula disebut feedlotting (sistem peternakan dengan mengandangkan
ternak). Usaha feedlotting pada suatu negara tentu berlainan dengan negara lain
terutama yang berhubungan dengan kondisi fisik dan finansial, sehingga
diperlukan banyak macam alternatif cara
pemecahan problema (baik berupa teknologi maupun peraturan) dimana berhubungan
dengan pengelolaan limbah yang dihasilkan, terutama berkaitan dengan
kemungkinan timbulnya polusi.
b.
Semi
intensif
Dalam sistem ini ternak-ternak
dipelihara pada dua macam tempat yaitu pada waktu tertentu dibiarkan di padang
penggembalaan (pastura) dan pada waktu tertentu ternaknya dimasukkan ke dalam
kandang untuk dipelihara secara intensif.
c.
Exstensif
Sistem pemeliharaan ternak ini
membiarkan hewan menghabiskan waktunya di luar kandang mencari makanannya
sendiri, Contoh adalah pada sebuah
peternakan sistem ranch terbuka dengan kualitas rerumputan (hijauan) yang
relatif kurang baik (karena tidak dipelihara secara khusus), sampai yang cukup
baik (dengan pastura yang dipelihara secara baik), ternak dibiarkan mencari
makanan di padang. Hasil yang diperoleh dari sistem peternakan ekstensif memang
tidak optimal, dan untuk negara yang sudah maju, sistem macam ini sudah mulai
ditinggalkan, untuk mencapai efisiensi lebih tinggi dalam sistem beternak.
2.2.2 Bentuk Kandang
Dalam pemeliharaan kerbau potong di perlukan kandang yang berfungsi
melindungi ternak dari sinar matahari, hujan dan perubahan cuaca yang tidak
mendukung. Beberapa jenis kandang yang sering digunakan dalam usaha ternak
kerbau antara lain kandang koloni, kandang individu dan kandang umbaran.
a.
Kandang
koloni, digunakan untuk memelihara kerbau yang baru didatangkan dari tempat
yang lain, dalam kandang koloni bebrapa ekor kerbau di tempatkan dalam satu
kandang agar sifat liar kerbau akan berkurang sedikit demi sedikit, dalam
kandang ini kerbau juga beradaptasi dengan lingkungan yang baru kandang koloni
bisa berupakan petakan yang terpisah sekat dan tiang kokoh untuk mengikat sapi
peliharaan.
b.
Kandang
individu digunakan untuk penggemukan kerbau biasanya satu kandang hanya di isi
satu ekor sapi dengan ukuran kandang yang sempit agar membatasi ruang gerak
ternak kerbau yang ingin di gemukkan.
2.3 memilih
bakalan kerbau
Sebelum memulai usaha penggemukan kerbau peternak idealnya
menentukan periode penggemukan, dalam pemilihan periode ini berkaitan dengan
umur bakalan kerbau yang digunakan. Terdapat 2 periode penggemukan kerbau yaitu
long term dan short term. Periode long term atau jangka panjang, kerbau dipelihara
minimal 6 bulan berumur 8 bulan sampai 2,5 tahun. Sedangkan jangka pendek atau
short term, kerbau dipelihara selama 3 bulan saja. Untuk penggemukan jangka
panjang atau long trem dipilih bakalan yang berumur setahun sementara short
term dipilih bakalan diatas berumur 2,5 tahun. Kalau untuk umur untuk long term
untuk penggemukan jangka panjang biasanya untuk penggemukan 1 sampai 2,5 tahun,
tapi kalau umur short term kita ambil dari minimal 2 tahun, 2,5 tahun sampai
keatas.
2.4 tata
laksana penggemukan
Sebelum dimasukkan dalam kandang perlu di
timbang dahulu untuk mengetahui bobot awal kerbau , hal ini penting untuk
menentukan jumlah pakan yang akan diberikan nantinya dan agar penambahan bobot
badan pada saat panen juga dapat diketahui. Penimbanagn dapat dilakukan di
tempat khusus (kandang jepit) pastikan kerbau dalam kondisi terikat agar tidak
berontak saat penimbangan yang berakibat pada perubahan angka pada timbangan
tidak bergerak lagi catat bobotnya. Pemberian obat cacing juga perlu dilakukan
sebelum kerbau digemukkan atau dimasukkan kedalam kandang obat cacing yang
diberikan biasanya berupa ipomax yang diaplikasikan melalui zat kutan dibagian
ekor dan impran muskiler berdosis tinggi yang disuntikkan di bagian paha
belakang.kerbau juga perlu diberikan tanda atau tagged untuk mempermudah
pendataan terhadap jumlah populasi yang dimiliki. Tagging atau tanda ini dapat
berupa tulisan angka pada sebuah plastic lalu dijepitkan pada telinga sapi,
tanda atau tagging juga dapat diberikan dengan menyobek telinga kerbau atau
dengan tato disekitar badan kerbau di
bawah pangkal ekor.
2.5 Pemberian
pakan
Selama pemeliharaan kerbau perlu diberikan
pakan berupa hijauan dan pakan tambahan atau konsentrat, dalam pemberian pakan
perlu memperhatikan ketersediaan dan harganya sehingga biaya produksinya
rendah. Pemberian pakan idealnya dilakukan sehari 3 kali dan dapat di lakukan
secara atlibitum atau tersedia setiap saat agar tercapai ADG (Atfrents
Deligens) atau pertumbuhan bobot badan harian (PBBH) antara 1,5 dalam
penggemukan short term diberikan pakan berupa 40% hijauan dan 60% konsentrat
sementara untuk penggemukan long term diberikan pakan berupa 40% konsentrat dan
60% hijauan. Penambahan premix pada pakan, masukkan bubuk premix sebanyak 2
sendok teh pada wadah pakan, timbang 3 kg konsentrat untuk 2 sendok teh premix,
lalu masukkan ke dalam wadah, aduk sampai tercampur rata lalu berikan pada
kerbau peliharaan.
2.6 biosecurity dan kesehatan kerbau
Untuk menjaga
sanitasi dan kesehatan kerbau lingkungan kandang perlu dibersihkan feses
kerbau, feses yang menempel dibersihkan dengan menyeroki disepanjang lantai
kandang, feses berikut diangkut dan dibuang di tempat khusus penampungan feses.
Kerbau yang dipelihara perlu dimandikan setidaknya 2 hari sekali caranya adalah
dengan menyikat seluruh bagian tubuh bagian luar termasuk kaki agar semua
kotoran yang menempel akan lepas dari badan kerbau
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arman, C. 2003. Penyigian Karakteristik Reproduksi
Kerbau Sumbawa. Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Lokakarya Nasional
Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi.
Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Bener Meriah
2016. Bener Meriah Dalam Angka, Kabupaten Bener Meriah.
Bhattacharya. 1993. Dalam : Williamson, W. G. A dan W.
J.A Payne (Ed).Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Camoens,
J. K. 1976. The buffalo in Malaysia.Min. of Agric. Bulletin no 145.
Chantalakhana,
C.1978. Breeding improvement of swam buffaloes for small fram in South East
Asia. In : Buffalo production and artificial insemination. FAO of The UN. Rome.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bener Meriah (2016). Kerbau Gayo.
Fahimuddin. M, 1975. Domestic Water
Buffalo.
Gulab Pirumuli-Oxford, IBH Publishing Co. G. G.
Joupatth-New Delhi.
Fayed, R., 2008. Puberty and Maturity in: Buffalo
Sexual and Maternal Behaviour. Ethology, Faculty of Veterinary Medicine, Cairo
University.
Gordon, I. 1996. Controlled Reproduction in Cattle and
Buffalo. CAB International, 438.
Guzman,
W.R. 1980. An Overview of Recent Development in Buffalo Research and Management
in Asia. Buffalo Production for Small Farms. ASPAC. Taipei.
September, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar