Senin, 19 November 2018

MAKALAH MANAJEMEN INDUSTRI TERNAK POTONG PEMELIHARAAN KERBAU


MANAJEMEN PEMELIHARAAN KERBAU


Oleh :

AMRI MAHBENGI               1605104010065


 i
i
i
i
i
i
i
i
i

FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2018













BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

           
Peran ternak kerbau bagi kehidupan masyarakat peternak masih sangat penting. Menurut Suhuby (2007) terdapat tiga alasan utama mengapa kerbau mempunyai peran penting. Pertama, ternak kerbau memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kehidupan peternak dan petani di pedesaan sebagai sumber pendapatan asli daerah walaupun tanpa perbaikan pola hidup. Kedua, ternak kerbau masih dapat berproduksi dan bereproduksi dengan baik pada kondisi alam dan agroekosistem yang snagat kritis, misalnya wilayah lahan kering bagian Timur Indonesia (Pulau Sumbawa, Sumba, Flores, dll). Ketiga, ternak kerbau mengubah pakan yang sangat nilai mutu gizinya seperti limbah pertanian dan rumput alam yang bulky dan memiliki kandungan seat kasar yang tinggi, menjadi daging dan susu bagi manusia. Kerbau merupakan ternak yang potensial untuk produksi daging. Karena kerbau memiliki bobot karkas yang lebih tinggi dibandingkan sapi lokal. Bobot hidup kerbau rawa sebesar 370 kg, akan memperoleh bobot potong sebesar 360 kg, dengan karkas panas sebesar 171,5 kg (Miskiyah dan Usmiati, 2009).
            Pada umumnya usaha peternakan kerbau dibagi menjadi dua jenis usaha yaitu, pembibitan dan penggemukan.Usaha pembibitan adalah usaha memperbaiki dan memperbanyak populasi ternak dengan melakukan seleksi terlebih dahulu untuk menghasilkan bibit unggul bagi ternak pada generasi berikutnya. Aspek utama yang harus diperbaiki dalam manajemen pembibitan kerbau adalah penyediaan bibit unggul, peningkatan kualitas pakan, teknik reproduksi, dan pengawasan kesehatan, untuk mendukung perbaikan manajemen pembibitan tersebut diperlukan permodalan, pemasaran, dan aspek penyuluhan (Hendayana dan Matondang, 2010).
            Usaha penggemukan atau yang lebih banyak disebut program finish bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas/daging. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tersebut, salah satu diantaranya adalah deposit lemak dalam karkas. Lama proses penggemukan berhubungan dengan pertambahan bobot badan, grade, dan komposisi karkas lemak. Hubungan tersebut yaitu semakin lama penggemukan maka pertambahan bobot badan semakin turun, tetapi persentase karkas meningkat dan mencapai grade prime minimal mencapai grades standart. Lama penggemukan juga berpengaruh pada peningkatan kadar lemak, kadar air menurun, tetapi kadar protein cnderung tetap (Parakkasi, 1999). Penggemukan kerbau menggunakan sistem feedlot adalah cara termurah pada kondisi negara-negara maju seperti Amerika. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemeliharaan secara feedlot pada ternak kerbau/sapi adalah ketersediaan feeder (kerbau/sapi yang digemukkan), ketersediaan hijauan (segar/kering), konsentrat selama periode penggemukkan, ketersediaan pasar yang baik, dan skill peternak harus terjamin (Parakkasi,1998).  

1.2  Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sistem Perkandangan untuk Penggemukan kerbau ?
2. Bagaimana Cara Memilih Bakalan kerbau ?
3. Bagaimana Tata Cara Penggemukan kerbau ?
4. Bagaimana Manajemen Pemberian Pakan, Sanitasi dan Kesehatan untuk Penggemukan kerbau?

1.3 Tujuan
1.    Untuk mengetahui Sistem Perkandangan untuk Penggemukan kerbau
2.    Untuk mengetahui Cara Memilih Bakalan penggemukan kerbau
3.    Untuk mengetahui Tata Cara Penggemukan kerbau
4.    Untuk mengetahui Manajemen Pemberian Pakan, Sanitasi dan Kesehatan kerbau





BAB II Pembahasan
2.1 Jenis Atau Tipe Kerbau
Ternak potong merupakan ternak yang menghasilkan produk akhir brrupa daging, yang tergolong ke dalam ternak potong adalah suatu ternak yang mampu secara genetik meimiliki pertambahan berat badan yang tinggi, pada ternak ruminansia yang paling menonjol sebagai ternak potong adalah sapi dan kerbau.
Kerbau merupakan family Bovinae yaitu hewan berkuku belah, ternak kerbau termasuk ke dalam spesies Bubalus bubalis yang berevolusi dari Bubalis arnee, kerbau liar dari India yang dijumpai pada daerah asam semua tipe kerbau domestikasi yang ada dewasa ini nampaknya diturunkan dari Bubalus arnee, yaitu kerbau liar (Bhattacharya,1993). Indonesia terdapat dua bangsa kerbau lokal, yaitu kerbau lumpur (swamp buffalo) sebanyak 95% dan kerbau sungai (Reverine bufallo) sebanyak 5% (Yurleni, 2000). Kerbau lumpur  adalah kerbau tipe pedaging sedangkan kerbau sungai merupakan kerbau tipe perah. Taksonomi kerbau (Bubalus bubalis) menurut Fahimudin (1975) adalah sebagai berikut:
            Kerajaan          : Animalia
            Filum               : Chordata
            Kelas               : Mamalia
            Ordo                : Arthiodactyla
            Famili              : Bovidae
            Genus              : Bos
            Sub genus        : Bubaline
            Spesies            : Bubalus bubalis


2.1.1 kerbau rawa (gunung)
Kebau gunung /rawa (bubalus bubalis) meupakan kerbau yang  memiliki 24 kromosom, memiliki ukuran tubuh yang besar, warna beerparias, dan suka berendan di dalam kobangan lumpur. Kerbau ini dapat di temui hampir di setiap daerah, di aceh sendiri ada salahsatu spesies kerbau yaitu kerbau gayo. Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) termasuk hewan kelas mamalia dan memamah biak dan banyak dikembangkan oleh masyarakat di pedesaan. Kerbau lumpur merupakan salah satu ternak ruminansia yang penting dan mempunyai potensi yang sangat besar sebagai hewan yang multiguna bagi masyarakat Indonesia. Beberapa fungsi penting dari kerbau lumpur adalah sebagai sumber penghasil  daging, susu, dan sumber tenaga kerja (Kierstein et al., 2004).
Kerbau Gayo merupakan salah satu kerbau lokal yang telah ditetapkan sebagai salah satu plasma nutfah negara Indonesia dengan putusan Menteri Pertanian No: 302/Kpts/SR.120/5/2017. Kerbau lokal memiliki keunggulan sebagai salah satu jenis ruminansia yang memiliki peran dan fungsi bagi masyarakat (Nuraini et al., 2010). Menurut Kusnadi et al. (2005). Kerbau Gayo termasuk tipe kerbau lumpur dan telah lama hidup serta telah beradaptasi sangat baik pada lingkungan yang lembab-tropis (tropical humid environment). Kerbau Gayo yang hidup di wilayah Kabupaten Bener Meriah dipelihara oleh masyarakat setempat dengan cara digembalakan di beberapa lokasi peternakan yang meliputi Kecamatan Wih Pesam, Bukit, Syiah Utama, Timang Gajah dan lokasi lainnya yang ada di Kabupaten Bener Meriah (Yunus, 2015).

2.1.2 kerbau sungai (pantai)
Kerbau sungai merupakan kerbau yang biasa berkubang pada sungai yang berair  jernih. pulasinya menyebar dari india sampai ke Mesir dan Gropa (krill tahun 1970) menjelaskan bahwa kerbau sungai umumnya berwarna hitam memiliki tanduk yangkeriting atau melengkung membentuk spiral dan merupakan ternak tipe perah.Kerbau sungai berasal dari india dan fakistan tetapi juga ditemukan di barat dayaAsia dan tenggara Gropa.

2.2 Sistem Pemeliharaan Dan Bentuk Kandang
2.2.1 Sistem Pemeliharaan
a.       Intensif
Sisitem pemeliharaan dimana hampir seluruh waktu dari hewan peternakan tersebut dihabiskan dalam kandang, pakan disediakan oleh peternak secara khusus dalam kandang. Sistem ini sering pula disebut feedlotting (sistem peternakan dengan mengandangkan ternak). Usaha feedlotting pada suatu negara tentu berlainan dengan negara lain terutama yang berhubungan dengan kondisi fisik dan finansial, sehingga diperlukan banyak macam alternatif cara pemecahan problema (baik berupa teknologi maupun peraturan) dimana berhubungan dengan pengelolaan limbah yang dihasilkan, terutama berkaitan dengan kemungkinan timbulnya polusi.
b.      Semi intensif
Dalam sistem ini ternak-ternak dipelihara pada dua macam tempat yaitu pada waktu tertentu dibiarkan di padang penggembalaan (pastura) dan pada waktu tertentu ternaknya dimasukkan ke dalam kandang untuk dipelihara secara intensif.
c.       Exstensif
Sistem pemeliharaan ternak ini membiarkan hewan menghabiskan waktunya di luar kandang mencari makanannya sendiri, Contoh  adalah pada sebuah peternakan sistem ranch terbuka dengan kualitas rerumputan (hijauan) yang relatif kurang baik (karena tidak dipelihara secara khusus), sampai yang cukup baik (dengan pastura yang dipelihara secara baik), ternak dibiarkan mencari makanan di padang. Hasil yang diperoleh dari sistem peternakan ekstensif memang tidak optimal, dan untuk negara yang sudah maju, sistem macam ini sudah mulai ditinggalkan, untuk mencapai efisiensi lebih tinggi dalam sistem beternak.
2.2.2 Bentuk Kandang
Dalam pemeliharaan kerbau potong di perlukan kandang yang berfungsi melindungi ternak dari sinar matahari, hujan dan perubahan cuaca yang tidak mendukung. Beberapa jenis kandang yang sering digunakan dalam usaha ternak kerbau antara lain kandang koloni, kandang individu dan kandang umbaran.
a.      Kandang koloni, digunakan untuk memelihara kerbau yang baru didatangkan dari tempat yang lain, dalam kandang koloni bebrapa ekor kerbau di tempatkan dalam satu kandang agar sifat liar kerbau akan berkurang sedikit demi sedikit, dalam kandang ini kerbau juga beradaptasi dengan lingkungan yang baru kandang koloni bisa berupakan petakan yang terpisah sekat dan tiang kokoh untuk mengikat sapi peliharaan.
b.      Kandang individu digunakan untuk penggemukan kerbau biasanya satu kandang hanya di isi satu ekor sapi dengan ukuran kandang yang sempit agar membatasi ruang gerak ternak kerbau yang ingin di gemukkan.
2.3 memilih bakalan kerbau
Sebelum memulai usaha penggemukan kerbau peternak idealnya menentukan periode penggemukan, dalam pemilihan periode ini berkaitan dengan umur bakalan kerbau yang digunakan. Terdapat 2 periode penggemukan kerbau yaitu long term dan short term. Periode long term atau jangka panjang, kerbau dipelihara minimal 6 bulan berumur 8 bulan sampai 2,5 tahun. Sedangkan jangka pendek atau short term, kerbau dipelihara selama 3 bulan saja. Untuk penggemukan jangka panjang atau long trem dipilih bakalan yang berumur setahun sementara short term dipilih bakalan diatas berumur 2,5 tahun. Kalau untuk umur untuk long term untuk penggemukan jangka panjang biasanya untuk penggemukan 1 sampai 2,5 tahun, tapi kalau umur short term kita ambil dari minimal 2 tahun, 2,5 tahun sampai keatas.

2.4 tata laksana penggemukan
Sebelum dimasukkan dalam kandang perlu di timbang dahulu untuk mengetahui bobot awal kerbau , hal ini penting untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan nantinya dan agar penambahan bobot badan pada saat panen juga dapat diketahui. Penimbanagn dapat dilakukan di tempat khusus (kandang jepit) pastikan kerbau dalam kondisi terikat agar tidak berontak saat penimbangan yang berakibat pada perubahan angka pada timbangan tidak bergerak lagi catat bobotnya. Pemberian obat cacing juga perlu dilakukan sebelum kerbau digemukkan atau dimasukkan kedalam kandang obat cacing yang diberikan biasanya berupa ipomax yang diaplikasikan melalui zat kutan dibagian ekor dan impran muskiler berdosis tinggi yang disuntikkan di bagian paha belakang.kerbau juga perlu diberikan tanda atau tagged untuk mempermudah pendataan terhadap jumlah populasi yang dimiliki. Tagging atau tanda ini dapat berupa tulisan angka pada sebuah plastic lalu dijepitkan pada telinga sapi, tanda atau tagging juga dapat diberikan dengan menyobek telinga kerbau atau dengan tato disekitar  badan kerbau di bawah pangkal ekor.


2.5 Pemberian pakan
Selama pemeliharaan kerbau perlu diberikan pakan berupa hijauan dan pakan tambahan atau konsentrat, dalam pemberian pakan perlu memperhatikan ketersediaan dan harganya sehingga biaya produksinya rendah. Pemberian pakan idealnya dilakukan sehari 3 kali dan dapat di lakukan secara atlibitum atau tersedia setiap saat agar tercapai ADG (Atfrents Deligens) atau pertumbuhan bobot badan harian (PBBH) antara 1,5 dalam penggemukan short term diberikan pakan berupa 40% hijauan dan 60% konsentrat sementara untuk penggemukan long term diberikan pakan berupa 40% konsentrat dan 60% hijauan. Penambahan premix pada pakan, masukkan bubuk premix sebanyak 2 sendok teh pada wadah pakan, timbang 3 kg konsentrat untuk 2 sendok teh premix, lalu masukkan ke dalam wadah, aduk sampai tercampur rata lalu berikan pada kerbau peliharaan.

2.6 biosecurity dan kesehatan kerbau
Untuk menjaga sanitasi dan kesehatan kerbau lingkungan kandang perlu dibersihkan feses kerbau, feses yang menempel dibersihkan dengan menyeroki disepanjang lantai kandang, feses berikut diangkut dan dibuang di tempat khusus penampungan feses. Kerbau yang dipelihara perlu dimandikan setidaknya 2 hari sekali caranya adalah dengan menyikat seluruh bagian tubuh bagian luar termasuk kaki agar semua kotoran yang menempel akan lepas dari badan kerbau

           




Kesimpulan



DAFTAR PUSTAKA

Arman, C. 2003. Penyigian Karakteristik Reproduksi Kerbau Sumbawa. Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi.

Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Bener Meriah 2016. Bener Meriah Dalam Angka, Kabupaten Bener Meriah.

Bhattacharya. 1993. Dalam : Williamson, W. G. A dan W. J.A Payne (Ed).Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Camoens, J. K. 1976. The buffalo in Malaysia.Min. of Agric. Bulletin no 145.

Chantalakhana, C.1978. Breeding improvement of swam buffaloes for small fram in South East Asia. In : Buffalo production and artificial insemination. FAO of The UN. Rome.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bener Meriah (2016). Kerbau Gayo.

Fahimuddin. M, 1975. Domestic Water Buffalo. Gulab Pirumuli-Oxford, IBH Publishing Co. G. G. Joupatth-New Delhi.

Fayed, R., 2008. Puberty and Maturity in: Buffalo Sexual and Maternal Behaviour. Ethology, Faculty of Veterinary Medicine, Cairo University.

Gordon, I. 1996. Controlled Reproduction in Cattle and Buffalo. CAB International, 438.

Guzman, W.R. 1980. An Overview of Recent Development in Buffalo Research and Management in Asia. Buffalo Production for Small Farms. ASPAC. Taipei.
 September, 2006.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar