Senin, 19 November 2018

penentuan kadar protein kasar susu


Laporan Teknologi Produksi Ternak Perah
PENENTUAN KADAR PROTEIN KASAR SUSU


Oleh :
Amri Mahbengi
NIM.1605104010065








FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2018

KATA PENGANTAR


        Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Teknologi Produksi Ternak Perah ini. Laporan ini disusun berdasarkan hasil dari praktikum mata kuliah Teknoloogi Produksi Ternak Perah pertemuan ke II tepat pada tanggal 15 november 2018 pukul 10.00 sd selesai.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada koordinator praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Ternak Perah Dr. Ir. Dzarnisa, M.Si. beserta asisten laboratorium yang telah membimbing dan mengarahkan dalam pembuatan kegiatan praktikum berlangsung. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kesalahan dan tidak sempurna, maka dari itu penulis berharap akan masukan, kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca laporan ini.
Adapun harapan dari penulis agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan penulis, semua kebenaran yang terkandung di laporan ini semata-mata hanyalah berkat kemurahan-Nya dalam menuntun penulis menuju kebenaran, sedangkan segala kekeliruan yang terdapat di sini sepenuhnya bersumber dari dan menjadi tanggung jawab penulis. Akhir kapa penulis mengucapkan.
terimakasih
           



Banda Aceh, 02 November 2018

              Penulis
       Amri Mahbengi


 

Daftar Isi




BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu adalah hasil sekresi kelenjar mammae hewan mamalia selama masa yang tidak dikurangi atau ditambah apapun kedalamnya yang diperoleh melalui hasil pemerahan dari hewan tersebut yang sehat secara kontinyu dan sekaligus.
Mahluk hidup yang berkatagori sebagai mamalia umumnya memiliki kelenjar susu. Ada beberapa mahlukhidup dapat memproduksi susu dengan baik dan ada beberapa jenis mahluk hidup memiliki susu namun tidak dapat memproduksi secara besar. Susu dapat di golongkan dari asalnya. Seperti susu sapi , susu kambing, susu kerbau, susu unta, susu kuda dan masih banyak lagi. Setiap susu tersebut memiliki fisik dan unsur hara yang terkandung di dalam nya  yang berbeda – beda.  Seperti unsur atau kamdungan protein yang berada di dalam nya. Untuk mengetahui beberapa kandungan protein kasar di dalam susu, tentunya harus memiliki alat erlenmeyer, berbentuk seperti pengapung yang dapat membaca berat jenis suatu susu.



Tujuan Praktikum

Untuk menentukan kadar protein kasar pada susu.

 





BAB II. TINJAUAN PUSTAKA




Susu segar yang akan diminum harus melalui pasteurisasi terlebih dahulu guna mencegah penularan penyakit dan mencegah penularan penyakit dan mencegah kerusakan karena mikroorganisme. Dalam proses pasteurisasi, susu dipanaskan pada suhu 65oCelcius selama 30 menit. Laktosa adalah satu-satunya karbohidrat pada susu. Secara kimia sebuah molekul dari laktosa diproduksi dari gabungan antara stu glukosa dan satu galaktosa sisa yang dihasilkan oleh sebuah α-lactalbumin yang bergantung pada enzim. Galaktosa dalah derivat hampir sama seperti glukosa tetapi bagian kecil yang bersal dari asetat dan gliserol (Mc Donald, et. al., 2002).
Warna susu putih kebiru-biruan disebabkan oleh pemantulan cahaya oleh globula lemak yang terdispersi, kalsium kaseinat, dan koloidal. Susu yang lemaknya telah dihilangkan atau yang kadar lemaknya rendah warna kebiru-biruan lebih nampak. Warna karoten yang menyebabkan warna kuning susu, pada hewan yang memproduksi yang berwarna kuning pada susu juga mempunyai warna yang sangat tinggi dalam lemak. Lactochrome atau ribovlafin terdapat pada larutan susu terlihat pada whey yang memperlihatkan warna kehijau-hijauan, pada susu normal warna ini tertutup oleh unsur susu (Muchtadi, dkk., 2010).
Walaupun tanpa pemberian suatu apapun, rasa susu sedikit manis, dengan aroma agak harum serta berbau susu. Bau khas susu akan hilang atau berkurang apabila susu dipanaskan atau dibiarkan pada tempat yang kena udara. Di samping itu, susu merupakan dua lapisan yang dapat dipisahakan yaitu kepala susu dan skim. Bagian paling atas dari susu adalah krim yang beratnya lebih ringan dari skim dan krim akan tampak jelas pada susu yang baru diperah dan dibiarkan 20-30 menit(Sirajuddin, dkk., 2012).
Ciri khas susu yang baik dan normal adalah susu tersebut terdiri dari konversi warna kolostrum yang berwarna kuning dengan warna air susu yaitu putih, jadi susu normal itu berwarna putih kekuning-kuningan. Kriteria lainnya adalah jika berwarna biru maka susu telah tercampur air, jika berwarna kuning maka susu mengandung karoten, dan jika berwarna merah maka susu tercampur dengan darah (Yusuf 2010).

Uji Bau
              Setelah susu dipanaskan dalam tabung reaksi, maka susu mengeluarkan aroma yang spesifik dimana bau susu yang dipanaskan lebih tajam daripada susu yang tidak dipanaskan. Dalam 100% susu terdapat 40 % kadar kemurnian warna susu dan juga bau susu yang mencirikan untuk susu yang normal, selebihnya 60 % untuk zat makanan sebagai pelengkap cita rasa yang terdapat di dalam susu tersebut (Yusuf 2010).

Uji Rasa
Susu agak manis diakibatkan karena kandungan karbohidratnya yang cukup tinggi, khususnya untuk golongan laktosa. Susu dari segi rasa mengandung susu yang agak manis untuk dikatakan normal selebihnya banyak kelaianan di dalam susu yang tidak bermanfaat bagi tubuh (Yusuf 2010).

Uji Warna
Ciri khas susu yang baik dan normal adalah susu tersebut terdiri dari konversi warna kolostrum yang berwarna kuning dengan warna air susu yaitu putih, jadi susu normal itu berwarna putih kekuning-kuningan. Kriteria lainnya adalah jika berwarna biru maka susu telah tercampur air, jika berwarna kuning maka susu mengandung karoten, dan jika berwarna merah maka susu tercampur dengan darah (Yusuf 2010).



BAB III METODELOGI

3.1. Waktu Praktikum

            Pelakasanaan Praktikum Pemeriksaan Sifat Fisik Susu dilaksanakan pada tanggal 1 November 2018, pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB.

3.2. Tempat Praktikum

            Tempat pelaksanaan praktikum Pemeriksaan Sifat Fisik Susu dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Dan Teknologi Produksi Ternak Perah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala.

3.3. Alat dan Bahan Praktikum

                3.3.1. Alat Praktikum

·         Tabung reaksi, kapas penutup, penjepit tabung
·         Kertas putih
·         Erlenmeyer
·         Pembakar bunsen

                3.3.2. Bahan Praktikum

·         Susu sapi
·         Susu kambing
·         Susu bubuk komersil yang direkonstitusi

3.4. Cara Kerja

                3.4.1. Uji Warna

1.      Masukkan beberapa liter susu ke dalam tabung reaksi, perhatikan warnanya dan catat hasilnya.
2.      Untuk mempertegas warna, dapat diberi latar belakang kertas putih.

                3.4.2. Uji Rasa

1.      Teteskan beberapa tetes susu pada telapak tangan dan lakukan pengecepan dengan seksama, catat hasilnya.
2.      Apabila terjadi perubahan rasa, misalnya asam, menunjukkan telah terjadi pembusukan susu.

                3.4.3. Uji Konsistensi

1.      Masukkan 20-50 ml susu ke dalam tabung erlenmeyer.
2.      Tabung digoyang perlahan-lahan

                3.4.4. Uji Bau

1.      Masukkan susu ke dalam tabung reaksi dan tutup pakai kapas.
2.      Kemudian susu dipanaskan di atas pembakar bunsen.
3.      Setelah mencapai suhu kurang lebih 350C tabung reaksi digoyang perlahan-lahan.
4.      Buka tutup kapas dan lakukan pembauan, catat hasilnya.



BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Susu merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung komponen protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan kelengkapan komponen dikandung oleh susu memberikan suatu alternatif pemecahan dalam peningkatan gizi masyarakat. Susu dapat diperoleh dari hasil  dari olahan ternak perah seperti sapi, kambing, kerbau dan juga kuda, dari hasil tersebut diolah sampai mendapatkan hasil yang bersih dan baik. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto ( 1983 ), yang menyatakan bahwa Susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan yang sehat secara kontinu serta di dalamnya tidak ditambah atau dikurangi komponen-komponen di dalam susu.

Susu merupakan salah satu produk ternak yang dijadikan bahan makanan yang sangat baik dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kosman ( 2004 ), yang menyatakan bahwa Susu adalah sebagai salah satu produk hasil ternak yang merupakan bahan makanan yang baik bagi kesehatan tubuh manusia karena memiliki nilai gizi yang tinggi.

Salah satu cara untuk mengetahui kualitas susu yang baik adalah dengan uji organoleptik atau uji sensoris. Uji organoleptik adalah cara menilai mutu suatu bahan makanan atau minuman menggunakan panca indera.panca indera yang diguanakan pada praktikum kali ini adalah mata untuk melihat warna susu, lidah untuk merasakan atau menilai tekstur dan rasa dari susu, serta hidung untuk mencium aroma dari susu tersebut.

Pada kode sampel  yaitu A susu kambing , didapat bahwa warna dari susu kambing ini berwarna putih, rasanya anggir, tengik/hambar,amis , konsistensinya terdapat endapan di dinding dan baunya perenggus,amis. Pada kode B susu sapi, didapat warna putih kekuningan, warna putih disebabkan karena refleksi sinar matahari dengan adanya butiran lemak, protein dan garam. Rasa dari susu sapi, ambar sedikit manis, konsistensinya hanya sedikit endapan di dinding dan baunya manis tapi tidak sewangi sample C. Pada kode C susu rekonstitusi didapat sedikit manis karena laktosa yang dikandungnya dan berwarna putih kekuningan. Rasanya manis, konsistensinya terdapat endapan didinding, baunya wangi manis(lebih manis dari sample B).

Dari hasil yang didapat diatas ditemukan bahwa setiap susu memiliki warna yang berbeda beda. Perbedaan warna ini tidak lepas dari perbedaan bahan tambahan yang ditambahkan dalam bahan seperti cokelat dan stoberi yang ditambahkan, akan mempengaruhi warna susu yaitu menjadi warna  cokelat dan pink. Dari perbedaan zat tambahan yang ditambahkan pada susu, maka akan membuat rasa, tekstur, aroma dan daya terima susu. Perbedaan yang paling terlihat yaitu poerbedaan tekstur dari masing – masing susu tersebut. Selera yang didapat dari masing – masing panelis ini adalah berdasarkan tingkat kepekaan dari masing – masing panelis dalam menilai susu tersebut. Hal ini sesuiai dengan (Rahardjo, 1998) bahwa pencicip atau panelis biasanya mempunyai perbedaan respon kepekaan (putting pencicip) terhadap menilai sesuatu bahan makanan yang berbeda. Dari hasil diatas, juga dilihat bahwa susu yang digunakan adalah susu yang berkualitas baik dan tidak basi karena hasil yang diatas tidak terdapat susu yang terlihat tidak baik yaitu sangat tidak enak dan tidak sedap. Karena menurut (Bucke, dkk : 1985) bahwa susu mngandung unsure – unsure yang dsebagian besar juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri, hal ini bisa ditandai dengan susu yang memiliki rasa yang masam dan bau.

 




BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

            Sifat fisik susu berarti sifat-sifat atau karakteristik susu yang dapat dilihat secara visual. Sifat fisik susu inilah yang bisa menentukan kualitas pada produksi susu itu sendiri dan kelayakan susu tersebut untuk di konsumsi. Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, panas jenis dan kekentalannya yang sesuai dengan standar sifat fisik susu yang layak dikonsumsi. Banyak faktor yang menyebabkan kerusakan sifat fisik susu, diantaranya faktor fisiologis seperti cita rasa pakan sapi, faktor enzim yang menghasilkan cita rasa tengik karena kegiatan lipase pada lemak susu, faktor kimiawi yang disebabkan oleh oksidasi lemak, faktor pencemaran bakteri yang timbul yang menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik lainnya yang mudah menguap, dan faktor mekanis bila susu mungkin menyerap cita yang ada pada tempat susu berada.    




DAFTAR PUSTAKA


Buckle, K.A., dkk. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia.


Hadiwiyoto, S. 1983. Tehnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty,            Yogyakarta

Khosman, Ali, Prof. Dr. Ir. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT    Raja Grafindo Persada.

Mc Donald, P. 2002. Animal Nutrition. John Wiley & Sons, Inc., New York.


Muchtadi, Tien R. Prof. Dr. Ir. M.S, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan   Pangan. Bogor:Alfabeta, CV.

Rahardjo, Tri S., W. Suryapratama, Munasik, dan T. Widiyastuti. 1998. Bahan       Kuliah Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas   Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Robinson, D. S. 1987. Food: Biochemistry and Nutritional Value. John Wiley &    Sons, Inc., New York.

Sirajuddin, Saifuddin. Dr. MS, dkk. 2012. Pedoman Praktikum Analisis Bahan      Makanan. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas  Hasanuddin
Yusuf R.2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat  pemberian        pakan yang mengandung tepung katu (sauropus androgynus       (l.)  merr) yang berbeda. Jurnal. Jurnal Teknologi Pertanian volume        6 nomor 1 halaman 1-6. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar